15

59 6 0
                                    

Setelah beberapa menit berjalan akhirnya mereka sampai di tujuan yaitu rumah sakit tempat dokter Winwin bekerja. Minhee terburu-buru dengan berlari menyusuri koridor rumah sakit dan segera menuju ruangan dokter Winwin seraya meminta penjelasan.

"Winwin Hyung" ucapnya mencari keberadaan dokter itu namun urung ia temukan. Ia hanya menemukan berkas-berkas di atas meja dokter muda itu dan ia mulai keluar dan mencoba menuju ruangan tempat Seongmin di rawat  dengan langkah tertatih.

"Winwin Hyung di mana?" Tanya Minhee pada saudara-saudaranya yang masih menunggu di depan ruangan Seongmin.

Pantulan wajah Seongmin di kaca itu terlihat sangat jelas. Ia terlihat lebih pucat dari biasanya dan ia sedang di tangani dokter dan operasi akan di lakukan sebentar lagi. Setelah dokter mengecek bahwa sebenarnya tulang tengkorak Seongmin retak.

"Jadi kapan operasinya?" Tanya Minhee mendominasi.

"Aku tidak tau Hyung. Tapi akan di laksanakan secepatnya kata dokter"

Dan keluarlah seorang wanita berparas cantik dengan baju dokternya yang rapi.

"Jadi? Bagaimana operasinya dokter?"

"Kami akan cepat melakukannya setelah kami melakukan pemeriksaan ternyata tulang tengkoraknya retak serta tulang kakinya juga patah akibat tempat jatuh yang terlalu tinggi"
Taeyoung dan Hyeongjun yang mendengar hal itu merasa lemas lalu terduduk di lantai seraya berdoa agar Seongmin masih bisa bertahan dan membuka matanya.

🌙🌙

Ruang operasi akhirnya terbuka setelah mereka semua menunggu berjam-jam. Rasa takut terus menghampiri mereka semua terutama Allen dan Serim ia merasa sangat bersalah. Ia ingin mengatakan kepada Seongmin bahwa ia sudah tau orang yang membunuh orang tuanya dan tempatnya sudah terlacak. Dokter berjalan ke arah mereka dan memberitahukan keadaan Seongmin.

"Dok bagaimana kabar adik kami?"

"Dia lagi kritis tapi kami bersyukur kami masih bisa menyelamatkannya. Cukup sulit untuk menggapai pencapaian ini tapi kami selalu mencoba yang terbaik"

"Jadi kapan ia akan sadar dok?"

"Perkiraan saya 2 sampai 3 hari tapi berdoalah kepada Tuhan semoga waktunya lebih cepat" Allen mendengar pernyataan dokter itu.

"Kalau begitu saya permisi" ucap dokter itu kemudian berlalu. Kemudian Allen mengangguk.

"Aku akan memperlihatkan sesuatu ke kalian. Tapi, ku mohon rahasiakan ini dari Seongmin" yang lain menatap bingung kecuali Taeyoung dan tentunya Allen.

"Apa maksudmu Minhee?"

Minhee tidak bisa berkata-kata hanya menyodorkan kertas itu kehadapan Wonjin yang berada di sampingnya dan di ambilnya kertas itu dan mereka kaget setelah melihat isi kertas itu dan mereka lebih kaget melihat nama rumah sakit ini.

Nama: Ahn Seongmin

Riwayat penyakit: Leukemia

Usia: 18 tahun

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Dong Sicheng.

Begitu jelas nama Winwin terpatri di sana membuat semuanya tertegun setelah membaca isi kertas itu.

"Hyung apa ia akan bertahan lebih lama? Aku ingin menebus semua dosa-dosaku" air mata Wonjin tidak dapat terbendung lagi ia menangis sejadi-jadinya menatap kebodohan mereka semua.

"Seongmin-a bangunlah" suara lirih Woobin terdengar di telinga Jungmo. Jungmo yang mengerti hal itu memberi pelukan pada adiknya itu seraya menguatkannya dengan berbagai kata-kata.

"Woobin, kau ingat? Eomma selalu mengatakan bahwa kita harus berdoa pada Tuhan apa kau lupa hal itu?" Woobin menggeleng di pelukan Hyungnya.

"Berdoalah semoga ia tidak pergi meninggalkan kita"

"Hyung, lihatlah Seongmin akan segera di bawah ke ruang ICU" semuanya yang melihat keadaan Seongmin yang begitu miris hanya tersenyum kecut di penuhi rasa bersalah yang memenuhi tubuh mereka.

"Seongmin-a andai aku saja yang berada di posisimu" ucap Serim dalam hati.

Mereka mengikuti di mana tempat Seongmin akan di rawat Allen mengambil ruang VIP agar Seongmin di beri perawatan yang lebih rutin dan lebih baik.

"Dokter apakah aku bisa memasuki ruangan itu? Aku ingin menemuinya?" Tanyanya pada dokter yang baru saja keluar dari ruangan tempat Seongmin di rawat.

"Tentu saja tapi saya sarankan kalian masuk satu atau tiga orang saja" ucap dokter itu di angguki Woobin tanda setuju.

"Biarkan aku, Wonjin, dan Taeyoung yang masuk terlebih dahulu" ucap Woobin. Yang lain hanya mengangguk saja mereka tidak bisa banyak bicara karena pikiran mereka selalu tertuju pada Seongmin yang terbaring lemah.

"Seongmin-a apa kau dengar Hyung? Hyung ada di sini di dekatmu. Hyung sudah tau semuanya kenapa kau tidak memberitahu kami?" Woobin.

"Seongmin-a kau bilang kau suka senja kan? Ayo bangunlah kita akan melihat senja bersama-sama" Taeyoung.

"Seongmin-a Hyung ingat waktu memukulmu waktu itu. Maafkan Hyung apa kau tidak ingin bangun? Apa kau tidak memaafkan Hyung?" Wonjin.

Tidak ada jawaban yang mereka terima hanya ada suara dentuman jarum jam dan suara alat-alat bantu penunjang kehidupannya.

"Cepatlah bangun. Aku merindukanmu" ucap Taeyoung kemudian mengusap kepala Seongmin lalu segera keluar dari ruangan itu.

🌙🌙

"Seongmin-a bangunlah. Apa kau tidak lelah? Ayo bangun kau ingin melihat Serim dan Allen Hyung lagi kan? Kami ada di sini bangunlah" ucap Seongmin di kursi tempat Seongmin di rawat. Dan di lihatnya wajah pucat yang penuh luka itu rasanya sakit sekali tapi Serim tidak bisa berbuat banyak.

"Apa kau suka tempatmu yang sekarang sampai kau tidak kembali?" Pertanyaan bodoh selalu di lemparkan oleh Allen dan Serim kepada orang yang jelas-jelas tidak akan menjawab pertanyaannya.

"Serim-a aku akan pergi dan membersihkan diriku, apa kau ingin menitip makanan jika aku kembali ke sini?"

"Aku tidak lapar Hyung"

"Aku akan tetap membawa makanan untukmu. Kau harus makan Seongmin tidak suka jika melihat kita seperti ini" Jujur saja ada rasa sakit di hati Allen tapi tidak bisa ia jabarkan.

Follow akun ini jika anda menyukai cerita saya.
Jangan lupa tinggalkan jejak

REALIZE || AHN SEONGMIN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang