06

63 15 0
                                    

Jam 5 sore Seongmin baru sampai ke rumah itu karena perjalanan dari Suzy Ino yang sangat panjang. Badannya serasa remuk akibat perjalanan panjang itu. Seongmin berjalan di halaman depan rumah dengan taman indah dan hijau yang menyambutnya. Ia membuka pintu secara pelan lalu masuk menuju kamarnya.

"Darimana kau? Allen Hyung menyuruhmu ke ruang keluarga" ucap Jungmo datar.

"Terima kasih Jungmo Hyung" tidak ada jawaban Jungmo hanya menjauhi anak itu. Seongmin yang melihat hal itu hanya membuang nafas kasar lalu mengikuti Jungmo.

"Allen Hyung"

"Wae?"

"Seperti yang kau maksud tadi aku telah memanggil anak itu untukmu"

"Dari mana saja kau?" Pertanyaan yang sama seperti di lontarkan Jungmo tadi.

"Kenapa kau diam saja Seongmin-ssi?" Minhee membesarkan suaranya kesal.

"Apa kau tidak punya mulut untuk menjawab kami?" Tanya Woobin yang ikut tersulut emosi. Serim yang dari tadi diam kemudian melayangkan pukulan dan beberapa tendangan karena ia tidak bisa menahan emosinya saat itu juga hingga akhirnya Seongmin terkapar di lantai.

"Lihat luka-luka di wajahmu itu, kau bertengkar lagi? Apa kau tidak di ajarkan untuk bersikap baik kepada orang-orang Seongmin-ssi?" Suara menggelegar memenuhi ruangan itu rasa takut selalu menyelimuti hati Seongmin sampai dia tidak bisa berbicara apa-apa.

Seongmin tiba-tiba terkaget ketika melihat darah segar mengalir keluar dari hidungnya. Dia sedang mimisan, dia mencoba berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan darah itu dia mencuci mukanya yang terlihat kusam bahkan penuh luka.

"Andai Hyung tau aku tadi menolong Suzy imo dan andai Hyung tau kalau Suzy imo memberi aku kasih sayang yang selama ini tidak pernah kurasakan lagi dan andai Hyung tau sulit rasanya menerima semua ini, keadilan bahkan tidak pernah berpihak padaku" ucapnya menatap wajahnya di cermin westafel kamar mandi.

🌙🌙

"Apa anak itu sakit?" Tanya Jungmo.

"Berhenti peduli padanya Jungmo Hyung. Ingat yang anak itu lakukan kepada kita" Wonjin membesarkan suaranya. Suasana rumah benar-benar kacau di tambah dengan suara yang melengking membuat mereka pusing dengan situasi itu.

"Tapi apa kau lihat anak itu? Bahkan rasanya sakit memperlakukannya seperti itu setiap hari" Woobin membuka suara. Rasa sakit memenuhi dadanya, dan entah sampai kapan ia akan memperlakukan adik kesayangannya seperti itu.

"Berhenti peduli tentangnya, apa kau tau? Aku merasa ingin membunuh anak itu jika membunuh itu bukan hal terlarang" ucap Allen datar.

"Aku setuju denganmu Hyung" ucap Serim sama datarnya lalu pergi menjauhi mereka di ikuti Allen yang mengekorinya.

"Jungmo Hyung kau mau kemana?" Tanya woobin ketika melihat Jungmo melangkah menjauhi mereka.

"Aku akan ke cafe menjernihkan pikiranku"

"Hati-hati Hyung" tidak ad jawaban sama sekali dan Jungmo terus saja berjalan sampai bayangan dan dirinya telah menjauh.

🌙🌙

Hari sudah malam Seongmin tidak keluar dari kamarnya sama sekali bahkan hanya sekedar untuk makan ia menghabiskan waktunya dengan buku-buku yang ada di kamar miliknya. Seongmin mendengar pintu terbuka lalu meliriknya sekilas sebelum melirik buku di hadapannya lagi. Ternyata, itu Woobin yang membawa nampang berisi makanan untuknya.

"Hentikan aktifitasmu dan makanlah"

"Baiklah Hyung" Seongmin menutup buku-bukunya dan menatahnya dengan rapi lalu mencoba memakan makanan yang di hidangkan oleh Woobin. Acara makan yang sangat khidmat, Seongmin selesai dengan acara makannya. Setelah semua Hyung-Hyungnya seperti tidak menganggapnya adik barulah kali ini Woobin menemaninya makan.

"Terima kasih woobin Hyung" ucapnya seraya di sertai senyum. Tanpa ada jawaban apapun Woobin langsung keluar dari kamarnya membawah kembali nampan kosong itu.

"Setidaknya Hyung peduli lagi padaku"

🌙🌙

"Ya Jaemin. Mana sepatuku?"

"Mana ku tau, cepatlah tuan Jeno atau kita telat ke sekolah kau mau?"

"Tinggal bolos saja apa susahnya?"

Teriakan di pagi menggema di rumah besar itu. Suzy IMO yg melihat hal itu hanya menggelengkan kepalanya, selalu saja seperti itu seorang Jeno dan Jaemin selalu berteriak di pagi hari hanya untuk mencari benda-benda sekolah yang entah di simpan di mana.

"Ma, liat sepatu Jeno gak?"

"Di belakang sofa"

"GAK ADA MA" lelah, itu yang di rasakan wanita parubaya itu setiap pagi. Tapi, tidak pernah sekalipun ia mengatakan hal itu karena anaknya memang seperti itu selalu saja bertingkah layaknya anak kecil.

"Hufttt... Ini sayang. Makanya kalau dari sekolah itu barang-barangnya di beresin"

"JENO EMANG BEGITU MA. JADI GAK PERLU DI PERTANYAKAN LAGI" teriak Jaemin dari depan pintu besar itu.

"Yaudah ma, kami pergi dulu"

"Hati-hati"

🌙🌙

Seongmin memasuki area sekolah bersama Jeno dan Jaemin. Kini mereka akrab akibat pertemuan beberapa hari lalu, Seongmin merasa sangat senang akhirnya ia memiliki teman walau dulunya Jeno dan Jaemin adlah orang yang paling membencinya.

"Selamat pagi Seongmin" ucap Jeno dan Jaemin bersamaan dengan merangkul Seongmin.

"Selamat pagi kalian berdua"

"Bagaimana jika jam istrahat nanti kita ke kantin bersama? Sebagai tanda permintaan maafku padamu? Bagaimana?"

"Boleh, apakah teman-temanmu akan ikut bersamamu?"

"Tentu, aku akan memperkenalkanmu dengan teman-temanku. Iya kan Jaemin?"

"Tentu saja"

Siswa dan siswi yang melihat keakraban mereka merasa aneh dan tidak membuly Seongmin. Tapi Seongmin masih berpikir nasibnya sebentar jika berada di kantin. Baru beberapa centi berjalan Seongmin di cegat oleh seseorang. Ya, "MINGHAO" pria itu mencegatnya lalu memukul tepat di bagian wajahnya membuat Seongmin meringis. Pagi ini hanya Minghao-lah yang mengganggunya.

"Ya, apa yang kau lakukan?"

"Kenapa kau membela anak pembunuh ini? Oh, atau dia telah meracuni pikiranmu tuan Jeno dan Jaemin yang terhormat?"

"Berhenti mengatakan hal itu tentangnya atau kau akan mati di tangan kami"

"Bangunlah" Jeno memegang tangan Seongmin yang meringis merasakan sakit.

"Pergilah, biar dia menjadi urusanku"

"Sudah, tidak perlu ayo kita pergi saja" ucap Seongmin yang di angguki Jeno dan Jaemin.

"Kau selamat hari ini Minghao-ssi"

Author by: Lee Haikal/Nurul Hikmah
Selamat membaca dan tinggalkan jejak

REALIZE || AHN SEONGMIN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang