01

143 21 5
                                    

Sarapan di pagi hari sama seperti biasa, para Hyungnya bersenda gurau di meja makan melupakan dirinya Yang telah berdiri sejak tadi di depan pintu kamarnya.

“Hyung aku berangkat” ucapnya dengan langkah tertatih menuju pintu.

“Apa yang kau lakukan semalam? Kenapa badanmu seperti itu? Apa kau bertengkar lagi?”

Seongmin sama sekali tidak menjawab dan berlalu begitu saja.

"Ya, Anak sialan siapa yang menyuruhmu pergi? Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku"

"Aku akan ke sekolah Hyung permisi"

Serim ingin berdiri mendekati anak itu akan tetapi pria itu menghentikan langkahnya ketika menyebut namanya dan menyuruhnya berhenti.

"Serim Hyung berhentilah, jangan pedulikan anak sialan itu" hanya Deheman yang di terima oleh Minhee lalu Serim kembali duduk di meja makan itu.

"Kenapa anak itu selalu saja bertengkar? Apa dia tidak di ajarkan oleh gurunya di sekolah?" Serim masih kesal dengan hal itu dan itu membuat mood sarapan paginya hilang seketika karena anak itu membuatnya marah sepagi ini.

🌙🌙

Seongmin berjalan menyusuri terotoar menuju halte bus yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Perjalanan sekitar 3 menit dan akhirnya dia sampai tepat waktu di halte dengan bus yang berada berada tepat di depannya.

Tidak berlangsung lama, Seongmin memasuki bus itu di susul orang-orang yang akan bekerja dan menuju ke sekolah yang sama. Seongmin tidak membuka pembicaraan kepada orang-orang sekalipun. Pemandangan ini sudah biasa untuknya bahkan sampai di sekolah saja pria itu tidak memiliki teman.

Sekitar 15 menit perjalanan akhirnya sampai juga di sekolah sekolah itu sangatlah besar. Hanya anak berprestasilah yang bisa memasuki sekolah itu contohnya seperti Seongmin, Jeno, Jaemin, Hyunjin, dan masih banyak lagi siswa lainnya.

Seongmin baru saja memasuki sekolah tapi dia sudah di sambut oleh kata-kata yang tidak pantas. Dan itu membuatnya emosi tetapi Seongmin tetap menahan emosinya agar tidak membuat masalah sepagi ini.

"Ya, lihat dia. Dia masih bersekolah di sini. Apa dia tidak malu?"

"Anak tidak berguna itu. Kenapa dia tidak malu sama sekali"

"Aku ingin memukulnya. Jika saja sekolah ini bukan sekolah yang di anggap sekolah terbaik di Seoul"

"Aku tidak suka bersekolah bersama pembunuh"

"Dia seperti tidak merasa bersalah sama sekali"

Kata-kata yang sama selalu di terima setiap harinya. Jujur saja jika Seongmin bisa marah sekarang maka pria itu akan memukul mulut orang-orang yang berkata tidak-tidak tentang dirinya.

"Hai pendek, kau sudah datang?" Ucap Jeno sekelasnya yang sudah menunggunya di kelas bersama temannya.

"Ada apa?" Tanpa ba-bi-bu Jeno menyuruh Hyunjin dan juga Lee Know untuk menyeret pria itu ke belakang kelas agar tidak terekam kamera cctv bahwa mereka membuly Seongmin.

"Pukul dia" pintanya dingin kepada Hyunjin dan Lee Know sedangkan Jeno hanya duduk di kursi untuk melihat hal itu. Menurutnya, itu sangat membantunya bersemangat bersekolah jika melihat pria itu mendapat pukulan berkali-kali oleh teman-temannya.

Jaemin yang baru datang ke kelas hanya melirik sekilas perlakuan Jeno dan berlalu begitu saja tida peduli dengan perlakuan Jeno itu.

"Hentikan, ayao kita bolos aku malas meladeni pembunuh seperti dia. Jaemin kau mau ikut?"

"Tidak, nanti kalau udah istrahat gua nyusul"

"Gua tunggu lu"

"Okey"

Jam pelajaran pertama di mulai pelajaran bahasa Korea  adalah yang pertama. Seongmin terlihat sangat fokus dengan pelajaran itu begitu pula Jaemin dan teman sekelasnya yang lain.

"Ya, Na Jaemin kemana teman-temanmu itu? Apa mereka bolos lagi?" Tanya pak Seonghwa.

"Ngak tau pak pas saya udah sampai di sini mereka udah gak ada" pak Seonghwa menghela nafas berat, guru itu terlihat marah karena kebohongan Jaemin tadi tapi itu sudah biasa menurut pak Seonghwa.

"Baiklah kalau begitu hari Kamis mendatang kita adakan ulangan harian. Dan kamu Jaemin katakan kepada teman-temanmu untuk hadir pada hari kamis"

"Iya, pak. Saya akan menyampaikannya"

"Kalau begitu bapak permisi"

Pelajaran kedua pun menyusul dan setelahnya adalah jam istrahat. Seongmin ingin menuju kantin karena memang tadi pagi pria itu tidak makan apapun perutnya juga sangat sakit akibat pukulan Hyunjin dan Lino tadi di tambah lagi rasa lapar itu membumbuhi rasa sakitnya.

Seongmin berjalan gontai menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Seongmin hanya membeli 2 bungkus roti dan 1 buah air untuk di minumnya nanti di kelas.

Seongmin berjalan keluar kantin dan menuju kelasnya yang terasa begitu jauh dengan pelan namun pasti. Tapi, baru berjalan beberapa meter dari kantin Jaemin dan Jeno menghadangnya.

"Ya, mau kemana kau? Serahkan makanan itu" Seongmin menggeleng lalu melenggang pergi dari sana tanpa membuka suara sedikitpun. Jeno tersulut emosi lalu membesarkan suaranya.

"YA, BARIKAN ITU SIALAN" Jeno menarik makanan itu dari Seongmin. Sedangkan Seongmin? Pria itu hanya diam tanpa melawan dan jangan lupakan makan siangnya hari ini seperti biasa hanya dengan air putih saja.

"Setidaknya ini membuatku kenyang" ucapnya tersenyum lalu pergi begitu saja dari tempatnya.

🌙🌙

Seongmin memasuki rumahnya itu seperti biasa tanpa sambutan dari hyungnya sama sekali. Berbeda ketika dulu ia merupakan adik kesayangan para Hyungnya.

"Apa kau bertengkar lagi?" Tanya Woobin yang dari tadi duduk di sofa sambil memainkan game di ponsel miliknya. Tidak ada jawaban sama sekali yang keluar dari mulut Seongmin dia hanya berlalu karena takut dengan suara besar itu.

"JAWAB HYUNGMU ANAK SIALAN" Serim selalu saja seperti itu dan tersulut emosi. Pria itu membenci Seongmin alasannya karena gara-gara Seongminlah orang tuanya sampai meninggal.

Namun, sama saja Serim tidak mendapat jawaban sama sekali. Serim menarik Seongmin dan memukulnya tepat pada perut dan muka Seongmin yang telah penuh dengan luka lebam dan beberapa luka yang belum kering akibat Jeno memukulnya sebelum pulang sekolah tadi.

Jangan lupa vote ya.
Salamat membaca semuanya
By: Nurul Hikmah

REALIZE || AHN SEONGMIN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang