tujuhbelas

63 2 0
                                    

17.

"Kamu adalah kertas putih dan aku adalah kuas yang akan berusaha memberimu warna-warna yang indah, jika kamu tidak keberatan,"---Aisha Valerie.
.
.
.
.

Reyes dan Abyan sedang berjalan di dekat tangga. Saat melihat mereka bebarengan dengan Tiara dan Aisha, mereka berhenti.

Tak berselang lama, entah dari mana Jovita bisa muncul di belakang. Tanpa banyak bicara Reyes segera berbalik diikuti Jovita. Menimbulkan pertanyaan besar bagi temannya juga Aisha, Tiara dan Feyla.

Mereka menuju ke taman belakang sekolah. Jovita duduk di bangku, begitu juga Reyes. Pemandangan di sana lumayan menyegarkan mata. Beragam bunga sedang mekar-mekarnya. Harumnya pun semerbak memanjakan indera penciuman.

Kemarin malam, selesai nobar bersama Debara dirumahnya. Handphone Reyes berbunyi, namun ia abaikan. Ia membuka pesan itu saat matahari sudah terbit.

Dahinya berkerut saat membuka pesan yang ternyata dari Jovita.

[Reyes, gue mau confess ke elo. Janji jangan marah ya, gue sebenernya suka sama lo. Maaf ganggu tengah malem]

Ia terkejut dengan pengakuan Jovita.

[Mbb, kita perlu bicara nanti]

Selesai mengetikkan balasan, ia beranjak keluar dari kamar. Berjalan menuju kamar mandi dan bersiap-siap ke sekolah.

"Nyaman banget ya di sini, fotbar kuy," Jovita mengeluarkan handphone dari saku roknya.

Reyes dengan terpaksa memasang senyum ke arah kamera. Selesai, Jovita menyembunyikan layar handphone dari cowok di sampingnya. Tanpa sepengetahuan Reyes, foto itu sudah terunggah di akun Instagram milik Jovita.

"Kok lo bisa punya feeling kayak gitu ke gue?" desak Reyes tanpa menjawab lontaran basa-basi dari Jovita.

"Ya, gue juga nggak tau. Itu dateng secara tiba-tiba. Dan gue nggak bisa menyangkal. Rey!" jelas Jovita sungguh-sungguh.

"Coba lo nyari cowok lain. Jangan gue... kita itu masih ada ikatan saudara Vit!"

"Tapi---susah Rey!" Aku si cewek berwajah oriental itu.

Reyes berdiri dari duduknya.

"Gue nggak mau tau. Lo harus move on dari gue. Perasaan lo itu salah!" tandas Reyes.

Setelah itu Reyes pergi. Ia melihat Tiara dan Feyla yang berjalan menuju ke tempat tadi ia berada.

"Rey!" panggil Jovita. Namun, tidak ia gubris.

Akhirnya dengan berat hati Jovita juga beranjak dari tempat duduknya dan berlari ke kelas.

------------

Pulang sekolah Aisha sudah bersama kedua temannya di parkiran.

"Fey, nanti gue boleh main ke rumah lo nggak?" tanya Aisha sambil menunggu barisan sepeda dan motor yang menghalangi jalan keluarnya.

Mengerti akan maksud Aisha, dengan senang hati Feyla membalas, "okeee."

"Kalian mah gitu, gue nggak diajakin!" ketus Tiara.

"Ya ampun, Ra. Kalo mau ikut ayok," sahut Aisha.

"Nggak ah, lain kali aja. Gue masih nggak mood gara-gara liat foto doi sama orang lain."

"Yaudah deh. Jangan galau terus ya Ra. Nggak baik," kali ini Feyla yang memberi petuah bijak.

'Syukurlah, Tiara nggak ikut. Maafin sahabatmu ini. Aku tidak bermaksud main dibelakangmu. Hanya saja itu sebuah rahasia' batin Aisha sedikit lega.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang