tiga

114 6 0
                                    

3.
"Ketakutan berasal dari hati dan pikiran diri sendiri, bukan orang lain,"---Aisha Valerie

.
.
.
.

Reyes dan teman-temannya sedang fokus latihan. Mereka dibagi menjadi dua tim. Masing-masing 3 orang.

Di awal-awal permainan, Reyes sedikit tidak bisa berkonsentrasi. Namun lama- kelamaan ia bisa mengabaikan perasaan janggalnya.

Saat menerima umpan dari Abyan, Reyes melakukan smash dengan tegas dan keras seperti biasa. Bola memantul jauh dari lapangan. Tidak ada siapapun di luar lapangan, akhirnya Reyes sendiri lah yang bertanggung jawab mengambil bola.

Aisha sedang berada di tempat persembunyian merasakan kram pada kaki sebelah kirinya. Ia melihat bola voli melintas tak jauh dari tempatnya berada.

Aisha berpikir kalau mereka mengambil bola, pasti melewati tempatnya bersembunyi.

"Gawat!"

Tanpa pikir panjang, akhirnya ia keluar dari tempat persembunyian. Berjalan agak pincang sesekali memijit sebelah kakinya.

Brukh

Ia menabrak sesuatu. Apakah ia menabrak pohon? Sepertinya bukan, mana ada pohon pake seragam SMA.

Aisha tidak berani mendongak.
"Siapapun lo? Iya-iya maap. Icha nggak sengaja nabrak." Ia berkata sembari memejamkan mata.

Cowok jangkung itu mengernyit heran. Ada apa dengan cewek di hadapannya ini?

"Iya. Lo nggak pa-pa?" tanya Reyes sambil memegang pundak cewek itu.

Aisha membuka matanya perlahan. Ia kira dirinya bakal diceramahi panjang lebar, ternyata tidak. Aisha mendongak, lalu menutup mulutnya. Ia kaget mendapati Reyes yang menatapnya agak khawatir.

Aisha malu, sangat malu. Mana bisa seorang stalker tercyduk oleh empunya sendiri. Ini sungguh tidak etis. Siapapun tolong selamatkan dia dari suasana aneh ini.

Ditatap oleh cowok tampan dan manis macam Reyes membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Ini tidak biasa. Tidak boleh, Reyes itu milik sahabatnya. Meskipun mereka belum resmi jadian. Ia tidak boleh merebut kebahagiaan sahabatnya.

Aisha menggeleng pelan. Rasa kram di kakinya belum juga reda. Ia mencoba berjalan lagi. Tapi----

"Aww!"

Ia meringis menahan nyeri. Reyes menghampirinya.

"Kaki lo kenapa?"

"Biasa kram, hehe," gara-gara berdiri ngawasin lo hampir berjam-jam.

Reyes mengarahkannya dan merangkul Aisha untuk duduk di sebuah bangku dekat pohon itu.

"Mana kaki lo yang sakit?"

"Ma-mau ngapain lo?"

"Sini biar gue pijitin," jawab Reyes kalem.

"Mau modus ya lo!"

"Nggak. Ngapain juga modusin cewek kek elo," ketus cowok itu.

"Nggak minat!" lanjutnya sambil memutar bola matanya malas.

Aisha memilih diam, memperhatikan sebelah kakinya yang dipijit cowok itu.

'Ternyata dia nggak seperti yang aku pikir. Sombong sih iya, tapi dia lumayan baik' batin Aisha.

"Btw, lo anak baru kan? Ngapain sore-sore di sini? Mana masih pake seragam lagi?" tanya Reyes setelah selesai.

Aisha gagap dibuatnya. Dia harus menjawab apa? Ia melihat sekitar, tidak ada Tiara. Apakah Tiara sudah pulang duluan?

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang