tujuh

101 4 0
                                    

7.

"Hidup bukan hanya tentang pilihan, tapi juga memilih,"---Reyes Delvin Anderson.
.
.
.
.

  Pagi ini  diawali dengan mata pelajaran olahraga. Matahari masih malu-malu menampakkan dirinya. Siswi-siswi di lapangan  bergerombol merumpi, juga sebagian siswa yang tak kalah ramai mengobrol dengan keras. Pak Yoga selaku guru yang mengajar olahraga kelas X MIA 3 menertibkan murid-muridnya.

"Baris yang rapi, ketua kelas silakan dipimpin!"

"Baik Pak."

Abyan maju  kedepan, berdiri di hadapan teman-temannya.

Mereka melakukan pemanasan sebelum olahraga.

"Kali ini kita olahraga bola voli," ucap Pak Yoga sembari meletakkan dua bola voli jenis mikasa.

"Yes, akhirnyaaaa," seru Ega dan Bimo serentak.

"Yah, voli lagi Pak?" keluh Aiden.

"Iya, minggu depan baru futsal," jawab Pak Yoga.

"Huhhh."

"Kenapa? Ada yang tidak setuju? Yang tidak setuju silahkan keluar lapangan!"

"Yaelah, sensi amat sih Pak?" gurau Nando.

Suasana menjadi tenang, sebagian siswa bubar dari  barisan. Menunggu  nama mereka dipanggil untuk pengisian absen. Siswa kelas X MIA 3 terdiri dari 30 orang, 14 laki-laki dan 16 perempuan.

Setelah pengabsenan selesai. Sang guru menginstruksikan kepada mereka untuk membentuk kelompok, masing-masing 6 orang. Adit, Daniel, Bimo, Ega, sudah berada diantara Abyan. Reyes yang masih berada di barisan awal sibuk memperbaiki tali sepatunya belum sempat bergabung.

"Wah, curang nih Pak! Yang pinter voli pada gabung jadi satu!" celetuk Aiden sembari memasang wajah tidak sukanya kepada anak-anak DEBARA.

"Apaan nih maksudnya?" tanya Abyan dari tempatnya  berdiri.

"Weh iya tuh Pak, nggak adil!" sahut beberapa siswa lainnya.

"Kok pada ribut sih?" Reyes merasa ini terlalu dilebih-lebihkan.

Para siswi hanya terdiam. Namun dalam batinnya setuju dengan pendapat para siswa lain. Lagian siapa yang tidak mau satu kelompok dengan cowok-cowok ganteng DEBARA.
Mau tidak mau, akhirnya Pak Yoga mendengarkan keluhan muridnya. Anggota kelompok ditentukan oleh sang guru.

"Sekarang ikut kelompok kalian masing-masing, anggota tidak bisa dirubah!" final Pak Yoga.

--------------------

Reyes mendapat kelompok dengan Nando, Ega, Bagas, dan dua orang cewek lainnya.

Mereka bertanding dengan Tim Bimo. Lebih tepatnya latihan dasar bermain bola voli.

"Sial, kenapa elo yang jadi lawan gue sih Rey!?" ucap Bimo dari dekat net.

"Iri bilang sahabat," balas Reyes dengan nada bercanda.

Reyes berada dibagian depan bersama Nando. Salah satu cewek yang bernama Nisa melakukan service. Bola melambung melewati net dan di passing oleh pihak lawan. Begitu seterusnya, untuk menjaga bola agar tidak jatuh ke tanah. Namun, lama kelamaan permainan berubah serius.

Bola berada dihadapan Reyes, segera ia menggunakan jurus spike menukik tajam  andalannya. Kelompoknya mendapatkan skor. Bergantian kelompok Bimo, Aiden balas melakukan smash kepada kelompok Reyes. Karena tubuh jangkung Reyes, bola dapat dibalikkan ke tim lawan.

Plak
Bugh

Bola mengenai bahu Aiden, cowok itu tersungkur ke tanah. Meringis menahan nyeri. Permainan diberhentikan.
Reyes kaget, pasalnya sebelum melakukan smash ia selalu mengukur jarak dan menghitung ketepatannya dalam menembak bola. Namun, siapa sangka perkiraan manusia tidak akan selamanya tepat. Segera ia menghampiri Aiden yang mulai bangkit. Rasa bersalah menimpa batinnya.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang