sepuluh

68 2 0
                                    

10.

"Beruntung punya banyak temen, bisa kumpul ngobrol bareng, hidup gue jadi nggak terasa membosankan,"---Reyes Delvin Anderson.
.
.
.
.

Reyes meletakkan tasnya di atas nakas. Melemparkan tubuh ke kasur king size di sampingnya. Hari ini begitu melelahkan, tapi juga menyenangkan. Mengingat anggota timnya bertambah.

Sekitar lima menit cowok itu memejamkan mata. Tiba-tiba ia terbangun seperti mengingat sesuatu. Dengan malas ia meraih tas guna mengambil handphone. Ya, sejak bel pulang sekolah berbunyi, ia sama sekali belum menyentuh handphonenya.

Ia melirik isi di dalam tas. Ada sebuah mainan dari kertas, bentuknya menyerupai pesawat. Ah lupa, tadi siang saat Reyes menuju parkiran, ia menemukan kertas itu terselip di depan tangki motornya. Reyes pikir itu surat dari seseorang untuknya. Segera saja ia masukkan ke dalam tas.

Dengan senyum merekah Reyes membuka pesawat kertas itu. Otaknya tak berhenti berpikir, menebak.

Saat pesawat kertas sudah terbuka sepenuhnya, Reyes terbengong. Membaca tulisan di bagian pojok kanan atas.

"Ulangan harian Matematika, Aisha Valerie. Kelas X MIA 4."

Reyes juga melihat nilai di atas kertas.

Ia tak habis pikir. Bisa-bisanya seorang guru memberi nilai seburuk itu pada muridnya, tapi memang jawaban yang tepat di kertas itu hanya ada dalam hitungan jari. Reyes berdecak.

"Gue buang aja atau gue apain nih kertas?" gumamnya sambil bermonolog.

Kemudian ia melipat kertas itu kembali dan menyimpannya di laci meja belajar.

----------

Aisha membuka pintu kamarnya dengan lesu. Melempar tas sekolahnya dan mengeluarkan seluruh isinya di atas kasur. Pandangannya terarah pada sebuah buku tulis bergambar avengers dengan mata nanar. Buku itu tak pernah absen dari tasnya. Ia mengambil buku itu, lembar demi lembar ia buka.

Aisha tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Bukankah tinggal bilang terus bukunya di kasihkan. Kenapa ia harus mempersulit dirinya sendiri?

Ia mengambil handphone, mengetik sesuatu di akun twittnya. Guna menumpahkan keluh kesah. Tidak, seharusnya tidak begitu, seharusnya Aisha segera berdoa dan meminta setelah selesai sholat. Sayangnya ia sedang dalam masa palang merah.

"Huuffft!"

Ketikan itu berakhir menjadi draft di akunnya. Ia ngacir ke kamar mandi guna mencuci wajah. Ia berniat sekalian mandi biar pikirannya segar kembali. Namun apa daya, Aisha malas mandi.

Setelah keluar dari kamar mandi. Aisha melemparkan tubuhnya ke kasur. Awalnya tengkurap, lalu hadap ke kanan kiri. Mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Sialnya ia tidak menemukan kenyamanan, pikirannya masih kacau. Hanya gara-gara seorang cowok.

Tak lama kemudian, ia mendengar suara dari perutnya.

"Ya ampuuun, gue laper tapi mager!" keluh cewek itu.

-----------

Reyes kembali fokus dengan handphonenya. Saat membuka aplikasi berwarna hijau, notif selalu bermunculan seperti biasa. Entah dari penggemar-penggemarnya atau dari groupchatnya dengan sesama pemain voli. Jemarinya membuka pesan grup.

DEBARA ready to face the world
(9 member)

300 unread message

Bimo: cuy!

Ega: paan?

Adit: lho kok sepi?

Ega: kayak hati

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang