duapuluh

54 2 0
                                    

20.
"Persepsi kita tentang orang lain itu tak selamanya selalu benar, hati-hati dalam menilai seseorang,"---Aisha Valerie.
.
.
.
.

Beberapa pesanan sudah tersaji di atas meja. Sembari menunggu pesanan lainnya datang. Awalnya mereka membicarakan tentang game yag sedang viral--mobile legend. Setelah bahasan topik utama sudah buntu.  Kesempatan itu digunakan Ega dan Bimo untuk acara berbagi informasi unfaedah.

"Tau nggak hewan-hewan yang paling bodoh di dunia?" celetuk Ega sembari mengaduk segelas es teh di hadapannya.

Teman-temannya  memasang muka pengen tahu namun agak datar.

"Gak tau, tapi lo termasuk salah satunya," ucap Reyes asal.

"Tega amat lo sama gue, pokoknya nanti malem lo tidur diluar. Kita pisah ranjang!" ketus Ega.

Sedang yang lainnya tertawa.

"Susah ye jadi cogan, kefitnah mulu."

"Sabar Ga, itu kenyataan."

"Gue emang ganteng," sahut Ega jumawa.

"Yee anjing. Gubluk!" sahut Bimo ikutan kesal. Tangannya melempar potongan kerupuk ke arah Ega. Niatnya ditimpakan tepat di muka, namun rupanya  Ega punya firasat duluan.

Hap

Sekali gerak, kerupuk itu masuk ke dalam mulut.

"Lucu banget ya kalian, katanya males ngapa-ngapain, mau bolos. Eh malah pada ngikut Daniel ke sini," celetuk Abyan tanpa sadar diri sebelum akhirnya mencomot gorengan.

"Gak habis pikir aja," Aiden menggeleng pelan.

"Iya, orang-orang dengan mulut seperti itu harusnya dikasih cabe rawit sekilo," cakap Ega.

"Gue cicil," Reyes menyodorkan sebuah cabai rawit berwarna merah ke depan Abyan.

Pasalnya Abyan tadi  tidak menyetujui usul Bimo untuk membolos ria.

"Sialan. Gue butuh asupan makanan!" ketus Abyan akhirnya.

"Cabe juga makanan, Yan," sahut Reyes menahan tawa.

"Cabe yang kek gitu mah nggak enak, enakan cabe yang bisa ngomong."

Suasana ramai di kantin menenggelamkan obrolan absurd mereka. Beberapa saat kemudian, Bu Sari datang, menyampaikan bahwa pesanan sudah lengkap dibuat, tinggal diambil.

Detik berikutnya terjadi kerusuhan untuk memutuskan siapa yang akan mengambil pesanan. Hompimpa, batu gunting kertas, sudah dicoba, namun tidak berhasil. Akhirnya dengan ikhlas hati, Reyes dan Aiden beranjak.

--------

"Eits, mau ke mana?" tuduh Feyla, sedang tangannya masih asyik bermain sedotan.

"Mau ke depan, mesen sesuatu yang manis-manis kayak senyum doi," jawab Aisha sembari berlalu.

"Kemajuan pesat nih, ehm," deham Tiara. Mengarahkan senyumnya ke sosok yang baru saja berlalu.

Dengan sigap ia membuka kulkas berisi minuman. Matanya menelisik, tangannya mengambil sebuah  minuman kaleng kemudian mengembalikannya ke tempat semula, Aisha bingung.

Ia ambil lagi, ia teliti perlahan.
"Bu, yang ini harganya berapa?" tanya Aisha sambil memperlihatkan kaleng minuman yang ia pegang.

"Itu harganya tuju ribu, Nak," jawab Bu Sari, menghentikan acaranya membungkus nasi sesaat, lalu kembali beraktivitas.

Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja ada yang menyambar sekaleng minuman di tangan Aisha. Sontak gadis itu menoleh ke belakang. Benar saja, si cowok jangkung yang terduga sebagai tersangka itu menatap Aisha.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang