Dari kejauhan, Ravi melihat Zaya yang seperti menunggu seseorang. Senyum lebar tersimpul ketika Zaya menemukan seseorang yang ia cari.
"Gimana ? Udah ?"
"Nih flashdisknya, sory gak terlalu bagus gua bikinnya"
"Ah nggak ah.. Lu kan pinter bikin ginian. Pasti bagus hasilnya"
"Yaudah gue cabut dulu"
"Eh Ravi !"
Zaya memegang tangan Ravi.
"M mau keperpus bareng ?"
Ravi melihat tangannya yang dipegang Zaya. Dan ia sedikit tak suka akan itu. Melihat ekspresi itu, Zaya segera melepasnya
"Eh maaf, gada maksud"
Pria itu melihat lihat sekitarnya, takut jika orang lain juga menyaksikan
"Iya, lain kali jangan gitu lagi" jawabnya dingin
Zaya memegang tengkuknya dan merasa malu. Namun tiba tiba datang Risa yang ternyata sudah memerhatikan mereka berdua. Sambil menangis, Risa memandangi Ravi.
"Kamu udah jadian ya sama Zaya Rav ?"
Ravi dan Zaya saling bertatapan heran. Tanpa disangka, Ravi malah berkata.
"Iya, kami jadian !"
Zaya tercengang, ia balik menatap Ravi tak percaya. Ia terdiam tanpa kata akan pernyataan Ravi.
"Yaudah Rav ! Semoga kamu bahagia"
ucapnya sambil menepuk nepuk lengan Ravi. Dan segera menghapus air matanya. Lalu pergi meninggalkan mereka berdua
"Kamu kok bilang kita pacaran ?" kali ini Zaya yang meminta penegasan
Ravi menoleh malas dan memaksakan untuk tersenyum.
"Sory Za, biar dia berhenti"
"Berhenti ?"
"Iya !"
"Oh.." jawabnya pelan dan kecewa, Zaya berharap perkataannya pada Risa tadi bukan hanya sekedar kata. Hatinya kecewa.
"Gua cabut dulu"
"O oh iya!"
Ravi menuju parkiran, segera ia menaiki motornya. Ia memakai helm dengan emosi tak karu karuan. Kakinya menancapkan gigi dan segera menarik gas dengan kencang.
Dijalan, fikirannya kalut. Entah kenapa tiba tiba ia merasa bukan dirinya yang dulu. Kenapa ia sekarang merasa sangat gampang akan perasaan. Sejak awal dia berfikir bahwa itu adalah kesalahan. Tapi tetap ia mengedepankan ego. Ditatapnya wajahnya pada spion motor itu. Wajah rupawan itu segalanya bukan ? Dana tebal, dan royal.. Apa lagi yang kurang ? . Rasa angkuhnya kembali menguasai dirinya.
Motor itu berhenti disuatu taman santai. Ia berharap mendapatkan beberapa jepretan yang bagus dengan cuaca yang cukup cerah dihari ini. 2 ekor burung dara yang menghalangi jalan setapaknya menjadi obyek bidikan yang pertama. 2 kali jepretan vertikal dan horizontal, Ravi terlihat puas akan hasilnya. Lalu kakinya kembali berjalan, kali ini terdapat seorang kakek tua dari kejauhan yang sedang duduk dikursi taman, ia memandangi sebuah buku ditangannya, sepertinya sebuah album. Senyum diwajah keriputnya berhasil Ravi abadikan dikameranya, itu menjadi hasil targetnya yang kedua.
Sampai pada bagian taman paling ujung dimana terdapat 2 kursi yang saling membelakangi dan salah satu kursi itu persis menghadap danau. Namun tunggu, ada wanita yang sedang duduk disana. Dengan pakaian berwarna abu gelap yang indah dari ujung kepala sampai bawah. Namun tak terlalu nampak karena sinar senja dihadapannya. Dengan cahaya siluet itu, menjadikan background indah dengan wanita itu sebagai obyeknya. Lekas lekas ia mengambilnya dengan kamera. Dan ia tersenyum sangat puas karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Untuk Cahaya
RomanceRavi, si playboy yang selalu merasa dirinya paling menarik dengan wajah tampan disekitarnya yang mampu menghipnotis mata para wanita yang melihat, harus dihadapkan pada kenyataan bahwa ia ditaklukkan oleh seorang gadis muslimah misterius yang tak te...