(Ravi) Satu Hal Terungkap

4 1 0
                                    

       Buru buru senja mengusap air matanya karena belum belum ia telah berderai duluan untuk bercerita.

"Udah hampir 3 bulan ini Rav, tolong gue. Cuma Cahaya yang gue punya"

"Tapi gue beneran gatau apa apa"

"Mungkin lo gatau sebab dia pergi kenapa, tapi lo pasti tau setidaknya kemana dia pergi"

"Sumpah kak ! Gue bener bener gatau dia kemana"

       Senja mengangguk faham, dia melihat kejujuran dari mata Ravi.

"Dulu gue pernah gasengaja liat foto dibawah bantal dia. Gue pikir itu foto lo"

"Foto? Boleh liat ?"

"Sebentar !"

       Wanita itu mengambil sesuatu dari ponselnya. Ternyata ia diam diam memotret foto itu dengan ponselnya. Lalu menyerahkan pada Ravi.

"Ini !"

       Mata Ravi mengerjap, sosok itu benar benar mirip dengannya. Namun jelas itu bukan dia. Apakah itu alasan Cahaya pernah memegang pipinya, apakah karena mereka berdua mirip satu sama lain. Namun jelas juga bahwa ia tidak pernah memiliki kembaran.

"Semenjak papa kami gaada, Cahaya benar benar kek orang asing. Tapi ada sesuatu yang janggal. Gue yakin orang difoto ini juga salah satu alesan dia berubah"

"Tunggu.. Meskipun kami mirip, tapi kan gamungkin juga Cahaya pergi gara gara gue"

"Pernah suatu hari, gue liat dia mandangin foto yang mana itu foto masa kecil dia bersama anak cowok. Siapa lagi temen dia waktu kecil kalo bukan kamu ?"

       Ravi seperti menemukan lagi rasa percaya dirinya akan Cahaya, suatu yang ingin dia temukan dimasa kelam Cahaya.

"Maaf.. Kalo boleh tau, om Lukman meninggal kenapa ?"

"Papa ? Serangan jantung"

       Ravi menemukan dirinya dalam ketidaknyamanan mendengarkannya.

"Gue inget dulu waktu pertama kali kenal Cahaya, katanya pernah jatuh karena gamau papanya pergi"

"Karena dia gamau papa pergi ke luar negeri dan meninggalkan kami berdua untuk sementara di Indo"

"Kenapa ?"

"Urusan pekerjaan, Cahaya gamau ditinggal sama seperti dia ditinggal ibu kami dulu, yah.. Meskipun umur gada yang tau. Satu tahun yang lalu papa kami diambil dari kami"

"Lalu sekarang gue bisa bantu kakak apa ?"

"Apapun Rav, gue udah bingung gatau harus gimana lagi. Cahaya gapernah cerita apa apa sama gue, apapun.. Yang gue tau dia pernah punya hubungan sama cowok yang wajahnya mirip lo"

"Jadi kakak kira dulu gue mirip tu cowok trus nyuruh gue menjauh gitu ?"

"Ya maap.. Gatau gue, orang Cahaya juga bilang nama kalian juga sama"  Suara Senja mengecil karena malu

"Kak.. Kakak !"

"Sering banget gue bemuin Cahaya dalam keadaan hancur yang gue sendiri gatau dia habis ngapain. Pernah gue ajak dia ke psikiater, bahkan gue juga sempet bawa dia ke kyai buat di ruqyah.. Kata Kyai itu murni dari hatinya, bukan gangguan jin ato semacamnya"

"Percaya sama gituan ?"

"Sebagai orang islam kita percaya adanya gangguan jin, setidaknya juga Cahaya masih mau pertahanin hijab dan penampilan dia sebagai seorang muslimah"

"Kapan terakhir kalian ketemu ?"

"Terakhir kali dia datang entah dari mana dengan mata sembab dan basah  kuyub"

Langit Untuk CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang