(Ravi) Sebuah Insiden

8 1 0
                                    

"Dia bakal kesini kan !?"

       Ucap Ravi sembari menengok sekitar taman itu. Dia datang lagi dan lagi kesana. Sebuah hal tanpa alasan jelas yang sedari kemarin ia lakukan. Diary itu memang hanya sebuah alibi kecil dibandingkan rasa penasarannya pada gadis itu.

       Dari jauh, ia melihat seseorang yang ia nanti nanti.

"Nah.. ! YES !!" ia mengepalkan tangan karena lega

      Gadis itu semakin mendekati kursi yang biasa ia duduki, Ravi melihat gazebo. Ia sedikit gugup, bagaimana jika ia terlihat konyol didepan gadis itu. Nyalinya menjadi ciut ketika tau bagaimana ekspresi gadis itu yang tetap saja seperti kemarin. Bagaimana jika nanti ia merasa terganggu akan kehadiran Ravi tiba tiba begini.

"Oke Rav.. lupain dulu soal dekat. Paling gak lo balikin dulu ni buku"

       Ravi menghembuskan nafas dan segera melangkah mendekat segera setelah wanita itu benar benar duduk disana. Dibelakang gadis itu, entah kenapa nyali Ravi mendadak ciut kembali. Ia benar benar malu untuk menyapa duluan. Ada apa dengannya ? Bukankah sudah biasa ia lakukan pada beberapa wanita sebelumnya. Oiya, karena pada pertemuan pertama mereka di taman itu, sang gadis tidak merasa terpesona sama sekali bahkan tidak perduli pada wajah menawan Ravi, tak seperti yang lainnya.

"Ehm.. Mbak permisi !"

       Sang gadis menoleh, hati Ravi semakin kacau

"Ini, aku mau balikin bukunya yang kemarin ketinggalan disini"

       Dia berdiri kali ini namun masih terlihat bingung pada Ravi yang tiba tiba datang.

"Ini bukunya kan !?"

       Ravi memberikannya pada gadis itu. Tapi anehnya, sang gadis tak langsung mengambil. Ekspresinya seakan tak senang dengan buku itu.

"Makasih!"

       Pertama kalinya Ravi mendengar suara lembut darinya. Suaranya seperti es yang menyejukkan hati. Walaupun dari intonasinya agak menjengkelkan.

"Ambil kalo mau, kalau nggak buang aja"

"Hah !?" itu jawaban yang tak terduga yang didengar Ravi

"Iya ambil aja, itu memang aku buang"

       Ravi jadi pusing 7 keliling sekarang, selama ini ia menunggu untuk bisa memberikan diary itu menjadi sia sia. Kenapa gadis itu malah ingin membuangnya. Ia membolak balikkan permukaan diary itu, Masih tak percaya.

"Ini serius boleh buat gue ?" Ravi sekarang tak lagi berbicara formal

       Gadis itu tak menjawab, hanya kembali duduk tak memerdulikan Ravi.

"Sory, tapi gue dari kemarin nungguin buat ngasih ini ke elu. Tapi masa ini dibuang gitu aja ?"

       Yakali langsung dibuang, udah nungguin berhari hari kaya orang beg* lagi

       Gadis itu tetap hanya diam. Tak berselang lama, ia mengeluarkan buku besar dari dalam tasnya. Ravi tak dianggap disitu, lelaki itu nampak konyol dengan menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Tapi lo anak kampus gue juga kan ?"

       Gadis itu menatap dingin Ravi sejenak, lalu kembali membaca sambil mengangkat bahunya, lagi lagi tanpa sepatah katapun.

"Kenalin, gue Ravi !" ucap Ravi tanpa menyodorkan tangannya namun dengan nada yang sedikit angkuh karena hatinya kecewa

       Namun dia hanya mengangguk tanpa membalas perkenalan pria itu. Kali ini Ravi semakin kesal. Ia mendengus dengan senyum sinisnya.

Langit Untuk CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang