(Ravi) Sebab Akibat

6 1 0
                                    

       Keluar dari kantor, Cahaya berjalan dengan cepat meninggalkan tempat itu. Ravi hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Ya, mereka hanya disuruh untuk menjelaskan kronologi kecelakaan kala itu. Namun sesuatu sepertinya membuat jengkel hati Ravi sewaktu didalam kantor tadi.

"Bener bener cewek rese lu!" umpat Ravi dibelakang Cahaya

Namun tak berselang lama sebelum punggung wanita itu benar benar hilang dari pandangannya, beberapa wanita menghadangnya. Itu Amilia dan temannya yang ia tak kenal. Dahi Ravi megernyit spontan. Terlihat betul Amilia memasang wajah angkuhnya pada Cahaya. Ravi curiga ada sesuatu dengan mereka.

Pria itu melangkah maju untuk memeriksa para gadis itu. Entah sebelumnya apa yang mereka bicarakan pada Cahaya. Namun ekspresi Cahaya tetap acuh tak acuh. Ketika Cahaya tetap bersikeras tak menggubris Amilia dan teman temannya, tangan Amilia mencengkram bahu Cahaya dengan kasar. Ravi melebarkan langkahnya, ia kini tau memang ada yang tidak beres dengan mereka. Belum berjarak 10 meter dari sana, terlihat tangan Amilia yang tadinya memegang bahu Cahaya diputar balik oleh Cahaya hingga Amilia meraung kesakitan. Langkah Ravi terhenti seketika menyaksikannya.

"Aauu.. Lepas ! Lepas !"

Cahaya melepaskan tangan Amilia dengan kasar. Wajahnya benar benar terlihat marah. Teman Amilia yang lain mencoba menghajar balik Cahaya sambil mengumpat. Namun belum sempat menyentuh badan Cahaya, ia sudah ditendang duluan dibagian lututnya hingga ia jatuh tersungkur dilantai sambil kesakitan. Teman Amilia yang terakhir hanya menatapi Cahaya tanpa berani melakukan apapun. Cahaya menyoroti matanya dengan tajam seperti menunggu perlawanan dari dia seperti temannya yang lain. Ketakutan jelas terpampang diwajah wanita itu. Sepertinya ia tau akan bernasib sama jika ia juga sama sama mencoba menyakiti Cahaya.

"Cewek Br*ngs*k lo ya ! Cover doang alim !"

Teriak Amilia sekali lagi dengan tiba tiba dan mulai melakukan perlawanan lagi. Ia mengangkat tangannya ke atas untuk bersiap menampar Cahaya, dan belum sempat berhasil melayangkan pukulannya. Salah satu pipi Amilia lebih dulu tertampar tangan Cahaya yang entah sejak kapan ia melayangkan tamparan itu. Amilia hanya terdiam, ia pikir Cahaya hanya gadis aneh dan cupu yang bisa seenaknya ia lawan. Ternyata ia salah besar.

Mereka bertiga mundur sambil saling berdekatan. Wajah Cahaya yang terlihat dingin berubah suram didepan banyak orang yang melihat perkelahian itu. Beberapa dari mereka tak ada yang mau melerai, entah karena penasaran bagaimana selanjutnya atau karena tidak tau yang mana harus dilerai. Bisikan bisikan terdengar samar ditelinga Cahaya yang membuatnya segera pergi dari sana.

Dari kejauhan, Ravi hanya melongo menyaksikannya. Apa itu benar benar Cahaya ? Ada apa dengannya. Terlihat seperti setan yang tiba tiba mengambil alih tubuh gadis itu.

Langkah kaki Ravi tiba tiba bergerak mendekat kearah mereka tanpa perintah. Ia semakin tertarik akan zona yang mungkin seharusnya ia hindari pada saat itu. Ia hanya mengunci pandangannya pada satu orang disana. Karena suatu hal yang lagi lagi tak bisa ia baca dari gadis itu. Hampa..

Mata Cahaya menangkap pergerakan Ravi yang mendekatinya. Ravi merasa Cahaya baru menunjukkan sesuatu padanya lewat mata Cahaya yang berkaca kaca sambil menahan amarah. Ia yakin bukan karena Amilia ia sakit hati. Namun Ravi sendiri.

Mereka hanya berjarak beberapa langkah sekarang. Orang orang masih melihat mereka dari tempatnya. Entah akan berbuat apa, namun Ravi terlihat sama dinginnya.

"Cahaya.." panggilnya pelan

Namun Cahaya hanya menitihkan air matanya tanpa ada kata. Setelah melihat Amilia yang takut dan hampir menangis juga disana, Cahaya pergi tanpa kata apapun dan sekali lagi dengan lemas. Ia tidak lagi memerdulikan bisikan bisikan orang orang disana.

Langit Untuk CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang