(Ravi) kenyataan pahit

2 0 0
                                    

Ravi terengah engah memarkir mobilnya kearea apartemen itu. Ini adalah tempat terakhir harapan dia untuk bisa menemukan Cahaya sebelum Rama mendahuluinya. Cepat cepat ia memasuki bagian security tempat tersebut dan segera menanyakan daftar penghuni disana.

Sesaat setelah ia bertanya, jawaban dari petugas apartemen itu kurang memuaskan. Dengan alasan keamanan para penghuninya, ia enggan mengatakannya. Tak putus asa, Ravi kembali membujuk petugas itu dengan menunjukkan foto Cahaya padanya.

"Oh kalau cewek ini saya tau mas"

"Bapak beneran tau ?"

"Iya, biasanya pukul 8 malam dia pulang"

"Kalau gitu makasih pak informasinya"

Ravi menjadi sangat senang, tak sia sia ia datang sejauh ini. Dilihatnya arloji yang melekat ditangannya. Pukul 4 sore. Sekitar 4 jam lagi. Ia tak boleh lengah kali ini.

Waktu dihari itu seakan sangat lambat bagi Ravi, sudah 4 setengah jam ia menunggu disana. Setiap orang ia teliti dengan seksama. Apalagi yang memiliki ciriciri sama seperti Cahaya. Ia sangat lelah sebenarnya. Entah kapan terakhir kali ia bisa tertidur nyenyak. Beberapa wanita yang lewat sengaja menggodanya. Walaupun ia pernah terbiasa dengan perlakuan itu, tetapi kali ini ada sesuatu yang seakan membatasi dirinya untuk besar kepala. Ia tak ingin lagi seperti dulu yang selalu menerima sanjungan bagaikan kepakan merak pada penontonnya. Spontan ia mengusap usap dadanya seraya beristighfar.

"Astaghfirullahal adziim.."

Kalau dipikir pikir, dosa gue gak kehitung gara gara dulu sering banget songong. Ngerasa paling cakep, paling cool, paling segalanya. Kira kira Allah maafin gue gak ya. Lalu Cahaya...

Seseorang menepuk pundaknya dari belakang, suara perempuan memanggil namanya. Ravi terkejab, ia segera menoleh dengan senang, namun hatinya terlalu cepat untuk bahagia. Ia kira penantiannya telah berakhir. Namun wanita itu bukanlah Cahaya, entah siapa yang ada didepanya saat ini.

"Iya !?"

"Kakak yang namanya Ravi ya !?"

"Iya, siapa anda ?"

"Saya disuruh menyampaikan pesan ke kakak, katanya kakak disuruh kebelakang apartemen"

"Oiya ? Sama siapa ?"

"Katanya calon kakak"

Senyum lebar langsung terpampang jelas diwajah Ravi. Tak pikir lama, ia langsung melangkah lebar kearea belakang apartemen. Ia mencari cari disana namun tak ada satupun orang disana. Hanya lapangan olahraga yang luas dan juga sinar rembulan yang menerangi.

"Hey !?"

Suara berat seseorang laki laki tiba tiba mengagetkannya dari belakang. Ravi mengernyitkan dahi, kenapa pria tidak waras itu berada disini sekarang ?

"Elo !? Ngapain lo kesini huh ?"

"Hahahahahaha" Rama tertawa puas sambil terpingkal pingkal mendengarkan amarah Ravi

Ravi semakin kebingungan disini.

"Elo nyari siapa ? Cahaya ? CAHAYA GADA DISINI WOEY !!!"" lalu ia kembali tertawa sambil memegangi perutnya yang terlalu sakit menahan tawa

Tangan Ravi mengepal, rupanya ini hanya jebakan atau lelucon yang dibuat oleh Rama. Ia seakan dipermalukan dari segala sisi. Kali ini Ravi benar benar kehabisan kesabaran. Ia melangkah cepat kearah Rama dan segera melayangkan pukulan tepat dipipi Rama. Rama tersungkur mundur sambil terbatuk, bibirnya berdarah. Namun ia masih tertawa. Ravi kembali maju dan mencengkram kerah kaos Rama.

"MAU LO APA SET*NN !!"

"Kan gue udah bilang, lo nyerah aja !" kata Rama santai melihat bola mata Ravi yang memerah karena amarah

Langit Untuk CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang