(Ravi) Ilusi yang mulai datang

7 1 0
                                    

"Oi apaan buru !" Johan yang langsung bertanya pada intinya tanpa basa basi.

"Dari mana gue harus jelasin ?" Ravi berbicara tanpa ekspresi sama sekalim lebih tepatnya ia bingung harus berekspresi seperti apa

"Inti aje inti !"

"Jantung gue panas !"

"Hah ?" Johan mengernyitkan dahinya

Sambil menunggu jawaban terus terang dari Ravi, pria itu membuka kaleng minuman bersoda yang baru ia beli dicafe itu. Namun Ravi masih bertingkah aneh.

"Apanya yang panas ?" Johan kembali bertanya

Ravi menggelengkan kepalanya. Lalu menundukkan kepala sambil memegang erat dadanya, perlahan ia cengkram kemejanya sendiri. Dadanya semakin sesak mengingat kejadian sore tadi. Berulang kali ia mengatur nafasnya. Johan yang melihatnya semakin geli dibuatnya.

"Lu napa si, gila lo ?

"Iya, Lo bener !"

"Gila kenapa ? Cewek kan !"

"Keknya"

"Hh.. Hebat banget bikin lo kek gini, sekelas Risa ama Amilia aja ga sampe segininya. Terlalu cantik ?"

"Bisa jadi !"

"Widih.. Siapa si, kenalin dong"

"Gue aja kaga kenal"

"La terus ?"

"Bagi sini !" Ravi merebut paksa minuman Johan yang belum sempat ia minum sama sekali.

"Woi, beli sendiri sono! Gilak maen nyolong aje"

"Lu aja beli lagi sono. Bantuin gue bernafas"

"Lah emang lo dari tadi kaga nafas ?"

"Gua ga ngerti han, plis gue gak bisa berfikir jernih"

"Eh.. Lo kalo ada apa apa cerita lah, jangan kek orang sarap gitu. Napa si? "

"Jadi ya, tadi sore.."

"Ho'oh.."

"Eh nggak.. Maksud gue beberapa hari yang lalu.."

"Ha, trus.."

"Gue ke taman tuh"

"Taman ? Taman mana ?"

"Itu, yang dideket rumah om gue, yang ada danaunya"

"Iye.. Lalu ?"

"Gue liat, eh.. Gue nemu !"

"Nemu barang ?"

"Bukan beg* ! Pertama kali gue liat dia"

"Nah, dia itu siapa ?"

"Gue gatau namanya, tapi kek gue pernah liat dimana gitu. Asli, cantik parah.. Tanpa poles kek Amilia ataupun Zaya"

"Huwidihhh.. Terus ? Lo naksir ?"

"Awalnya gue biasa, ya lo kek gatau gue gimana kalo liat yang bening"

"Hhh.. Ngaku kan lo kalo lo buaya"

"Ntar dulu dong, jan diputus gue cerita"

"Iya iya.. Lanjut ekekek" Johan berusaha keras menahan tawanya

"Nah itu dia ninggalin buku dikursi tempat dia duduk, ya gue bermaksud baik dong mo balikin tu buku"

"Yakin lo niat mo balikin doang ? Gak sekalian kenalan ?"

"Ya yang asli si gitu.. Tapi dia cueknya keterlaluan"

"Huaahaha.." Johan menepuk nepuk pahanya

"Ntar dulu, belum selesai.."

Langit Untuk CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang