Johan terlihat sibuk dengan laptopnya yang sedari tadi ia tatap. Tanpa memerhatikan temannya yang sedang kesusahan itu, Ravi hanya melihat lihat hasil jepretan kameranya dan sesekali tersenyum lebar. Sekali dua kali Johan hanya mengabaikan tingkah laku anak itu. Namun semakin kesini ia semakin curiga. Ketika ia mencoba melirik gambar gambar yang sedari tadi dilihat lihat Ravi, hanya gambar pemandangan biasa. Barulah ia sadar jika Ravi tersenyum akan hal lain.
"Lo napa nyengir mulu !?"
"Ck.. Apaan ? Mo tau aja lo!"
"Bantuin nih.." rengek Johan pada Ravi
"Ogah, selesaiin sendiri"
"Dasar pelit lo !"
Johan kembali fokus, namun berhenti lagi tiba tiba
"Eh, gimana si itu ?"
Ravi melirik
"Siapa ?"
"Cahaya !"
"Ga gimana gimana"
"Kok gue jarang banget liat dia. Hampir gapernah malahan"
"Ya mungkin lagi pas ga ketemu"
"Akhir2 ini jarang banget lo bahas cewek"
"Bakal gue bahas kalo udah saatnya"
"Widihhhh.. Merinding gue dengernye"
Johan mengejeknya, namun Ravi hanya tersenyum
"Gada rencana mo nikah tiba tiba kan lo !?"
Tiba tiba Johan melontarkan pertanyaan yang membuat Ravi enggan menjawab
"Nah lo sendiri ? Katanya mau serius sama yang ini"
"Yang mana ?"
"Hhh.. Yang ini lah, banyak banget keknya sampe bilang yang mana"
"Ciya elah.. Banyakan elo kali nyet daripada gue"
"Nggak tuh"
"Eh.. Dimana mana pasti banyakan elo, kan lo yang ganteng kek serpihan genteng"
"Ngina apa muji lo !?"
"Canda, tapi kenyataannya gitu kan !?"
"Gak Han, gue udah bukan Ravi yang dulu lagi. Gue sekarang.. Ehmm.." Ravi agak malu malu meneruskan pernyataannya
Sialnya, Johan menantikan sambungan dari perkataan Ravi yang membuatnya tersenyum geli.
"Gimana ? Jadi nggak ama yang sekarang ?"
Johan sudah menduga Ravi akan mengalihkan kepembicaraan yang lain
"Gak gak gak.. Skripsi aja belum kelar mo nikah, belum punya nyali gue, lagian juga masa depan belom jelas gini. Lo enak orang kaya"
"Kaya apaan ?"
"Kaya mon.. "
Ravi mengangkat sebelah alisnya, bersiap seperti akan akan melakukan hal yang kasar pada Johan.
"Hahaha.. Ampun bos, lo ngomongin nikah kek gini kok berasa lo kek mau nyebar undangan tiba tiba ye !"
"Udah.. Buru kelarin tuh revisi. Gausah godain orang aje"
Jam tangan Ravi berbunyi setelah mereka bercekcok setelahnya. Dan dengan segera, Ravi mengemasi barangnya dan beranjak pergi kesuatu tempat.
****
Tiang penyangga kamera itu selesai ia renggangkan dengan arah menghadap sekumpulan burung pelikan yang singgah dikolam air mancur yang cukup lebar itu. Ia membuat rekaman video yang mana akan ia jadikan bahan untuk karyanya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Untuk Cahaya
RomanceRavi, si playboy yang selalu merasa dirinya paling menarik dengan wajah tampan disekitarnya yang mampu menghipnotis mata para wanita yang melihat, harus dihadapkan pada kenyataan bahwa ia ditaklukkan oleh seorang gadis muslimah misterius yang tak te...