Burung itu kembali bergerak untuk kesekian kalinya, benar benar menguji kesabaran Ravi dikala keadaan hatinya yang masih enggan untuk berdamai dengan keadaan. Ia putar putar kembali diafragma kamera yang sedari tadi ia fokuskan untuk mengabadikan burung cantik itu. Sebenarnya, burung itu hanya pelampiasan karena ia sendiri seperti malas mengisi gambar panorama yang selalu ia kumpulkan. Jika bukan karena kontes yang ia ikuti, ia tak akan memegang kameranya untuk beberapa waktu kedepan.
Ketika ia berhasil membidik hasil jepretannya, ia sangat kecewa karena tidak terlalu fokus seperti sedia kala. Mulutnya berdecak kesal dan segera menghapus gambar itu. Ketika akan memfokuskan lagi, burung itu sudah lenyap dari pandangannya.
Nampak dari samping tak jauh Ravi berdiri membelakanginya, seorang wanita yang berpakaian sama dengan seseorang yang kini enggan untuk dilihatnya. Ia menghela nafas panjang. Rasa sakitnya spontan kembali datang didalam hati. Tetapi hasrat penasarannya masih bergejolak. Atau Ravi sedang merindukannya. Sudah sebulan lamanya bukan ?
"Hei ! " sapanya
Dia menoleh, namun nampak bingung ketika Ravi menyapanya tiba tiba. Ravi hanya tergagap karena ternyata itu bukan orang yang ia maksud. Konyol sekali Ravi hari ini.
"Eh.. Sory ! Salah orang"
Wanita itu mengangguk sopan lalu pergi. Ravi sangat frustasi, ia mencoba menutup erat erat matanya sambil menahan nafas sekuat mungkin. Niat Ravi untuk melupakan gadis itu tidaklah mudah. Namun bagaimanapun juga, ia harus tetap menghilangkan rasa itu secepat mungkin.
Ia memasukkan kembali kamera itu kedalam tas kecilnya. Dengan sedikit semangat ia berusaha melewati hari yang masih pagi itu dengan tenang. Hingga datang seseorang tanpa diduga dihadapannya. Amilia...
****
"Kak Ravi kelihatan kurus, kakak gapapa ?"
"Hm.." Ravi tersenyum kecil
"Jadi gini.."
Amilia menunduk sambil memainkan jarinya, seperti tidak yakin akan berbicara terus terang. Ravi hanya menerka nerka apa yang ingin Amilia sampaikan.
"Apa kakak beneran punya hubungan ya sama.."
Amilia tidak melanjutkan, namun Ravi tau siapa yang ia maksud.
"Kami gaada apa apa" jawab Ravi dengan tenang
"Kalo boleh jujur.. Aku memang suka sama kakak, tapi.." sambung Amilia dengan suara pelan
"Tapi ?"
"Aku juga tau, kakak pasti ada sesuatu sama Cahaya"
Ravi menggelengkan kepala
"Nggak.. Lo salah"
"Kakak masih inget ga, yang waktu aku sama Cahaya berantem di kampus ? Itu sebenernya dia duluan yang mulai"
Ravi mulai berubah ekspresi. Seakan tidak mempercayai apa yang dikatakan Amilia.
Ni cewe ngomong apaan..
"Jadi memang aku dulu memang pernah ada niat deket sama kakak. Saking sukanya, aku gapeduli katanya kakak masih deket sama Risa, atau deket sama Zaya. Tapi ada waktu aku tau kabar angin kalo kakak sebenernya deket sama anak satu kelas aku"
Ravi masih menyimak obrolan Amilia secara detail.
"Awalnya aku gapeduli, sampai suatu ketika aku denger kakak kecelakaan gara gara nyelametin cewek itu. Aku mulai cemas, kalo memang kalian ada hubungan"
"Wait..! Lo sebenernya mau bilang apa si ?"
Pria itu mulai malas mendengarkan dan ingin segera menyudahi percakapan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Untuk Cahaya
RomanceRavi, si playboy yang selalu merasa dirinya paling menarik dengan wajah tampan disekitarnya yang mampu menghipnotis mata para wanita yang melihat, harus dihadapkan pada kenyataan bahwa ia ditaklukkan oleh seorang gadis muslimah misterius yang tak te...