(Ravi) tuduh

2 0 0
                                    

       Ia masih terdiam lama diatas gedung olahraga yang mana ia mampu melihat seluruh langit dan bintang bintangnya dengan jelas disana. Ucapan Rama benar benar membekas diingatannya. Hatinya benar benar sakit. Mendengar suatu hal yang kini ia ketahui dari pujaan hatinya. tak terasa bulir bening mengalir dipipi. Angin yang sejuk seakan ikut membakar otak yang tak terima apa yang sudah ditakdirkan. Bagaimana mungkin Cahaya ditakdirkan demikian.

Apa gue bener bener harus lepasin lo ?

       Ravi menangis sejadi jadinya. Dilihatnya foto yang sengaja ditinggalkan Rama dikursinya tadi. Itu memang benar mereka berdua. Tidak pernah ia melihat wajah sebahagia itu dari raut Cahaya. Teringat ia yang selalu mengambil gambar Cahaya tanpa sepengetahuannya dengan wajah dinginnya yang selalu ia bidik. Jadi, apa maksud Cahaya ketika memberikan kesempatan padanya. Kesempatan untuk datang kehatinya.

       Semangatnya seakan melebur bersama dengan angin malam yang berhembus menerpa kulitnya. Apa yang ada dipikiran gadis itu sebenarnya. Apa benar dia hanya dipermainkan oleh seorang seperti Cahaya.

       Dia tetap larut dalam lamunannya, Hingga suara dering ponselnya bergetar membuyarkan sejenak suasana disana. Nomor yang entah siapa pemiliknya.

"Halo"

"Rav !"

       Ravi terkejab. Dilihatnya kembali ponselnya seakan ia tak percaya.

"Kak Senja !?" sautnya pelan

"Iya, ini gue.."

"Dimana Cahaya ?"

"Tolong cari dia Rav, please.. Gue udah gatau harus nyari dimana lagi."

       Ravi benar benar jengkel. Ia seakan dipermainkan oleh situasi, Senja, dan juga Cahaya. Namun ia berusaha untuk tetap tenang dan berfikir jernih. Ia harus bisa memanfaatkan kesempatan ini.

"Gue bakal cari dia, asalkan lo cerita semuanya ke gue kak !"

"Fine.. Apapun itu, yang penting tolong bawa adek gue balik kerumah"

"Siapa itu Rama ? Maksud gue, Ravi ?"

"Ravi ? Dari mana lo tau dia ?"

"Kita udah saling ketemu sejak lama. Bagi gue dia orang aneh, yang juga ada hubungannya dengan Cahaya bukan !?"

"Sebenernya gue salah orang, waktu ngira dia adalah elo. Entah kenapa wajah kalian bener bener mirip satu sama lain. Tapi anehnya, Cahaya ngaku kalo namanya Ravi, bukan Rama"

"Apa hubungan mereka berdua"

"Yang gue tau, lebih dari setahun yang lalu Ravi maksud gue si Rama itu pernah berhubungan sama adek gue. Dan dia sendiri yang bilang kalo dia itu Ravi, temen kecil Cahaya dulu"

"Tunggu tunggu, kok dia ngaku ngaku gitu. Dan juga dari mana dia tau masa kecil gue"

"Nah itu yang gue juga bingung. Apa lo memang ga ngerasa punya saudara sepupu atau kandung yang wajahnya mirip kayak elo ?"

"Gue dulu udah pernah tanya ke bokap katanya gue bukan anak kembar atau gak punya saudara"

"Elo yakin !?"

"Iya !" Ravi benar benar meyakinkan Senja

"Pertanyaannya sekarang, kenapa adek gue jadi benci banget sama Rama"

       Ravi terdiam sejenak, lalu ia teringat akan sesuatu.

"Cahaya pernah bilang kalo Rama pernah bunuh pak Lukman"

"Maksud kamu ?"

"Ya gue gatau, tapi dulu waktu gue babak belur dipukulin Rama. Cahaya bilang gitu"

"Kok bisa gitu ? Apa Cahaya ngomong ngaco ?"

Langit Untuk CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang