CHAPTER 1

339 179 159
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

________

Namaku Vanya, kata orang-orang aku mempunyai wajah yang tidak ramah. Aku selalu disalahpahami sebagai gadis yang sombong, tapi sebenarnya menurutku, Aku adalah orang yang ramah. Mungkin karena wajahku yang kelihatan garang orang-orang lebih dulu men-judge diriku.

Tak sedikit orang yang berpikir seperti itu, tapi aku tidak peduli. Aku ingin hidup dengan caraku, yaitu salah satunya tidak memperdulikan omongan orang lain. Aku tidak ingin hidup dalam aturan orang-orang itu.

Orang-orang itu selalu saja menilai orang lain tanpa melihat cermin terlebih dahulu. Aku benci orang seperti itu. Membuat luka dan menyinggung perasaan orang lain.

Bahkan saat ini, saat aku sedang duduk sendirian dengan tenang mendengarkan lagu kesukaanku lewat headset yang terpasang di telingaku, mereka menatapku.

Aku memang tidak peduli, tapi tetap saja rasa risih itu ada di dalam diriku. Aku manusia! Ingat! Sepertinya aku tidak melakukan kesalahan apapun. Karena kesal diperhatikan, aku memilih meninggalkan tempat itu.

Aku berjalan pulang, saat melewati beberapa rumah tetanggaku, Aku berhenti sejenak karena melihat mereka sedang berbincang-bincang di halaman rumah mereka.

Niatku ingin menyapa, tapi saat aku tersenyum tidak satupun membalas senyumku, kalian tahu perasaan seperti itu?

Aku kesal, aku kembali berjalan dengan wajah datar ku.

1 langkah...

2 langkah...

3 langkah...

Aku kembali menghentikan langkah kakiku, jantungku berpacu begitu cepat debaran itu terdengar begitu jelas di dadaku.

Pria itu... Masih saja membuat jantungku berdebar. Aku berusaha mengabaikannya meskipun hatiku sangat ingin menyapanya dan mataku yang ingin sekali menatapnya lebih lama.

Aku kembali berjalan dengan cepat menuju rumahku.

"Sudah 1 tahun yang lalu, aku masih menyukainya?" tanyaku pada diriku sendiri sembari melepaskan sepatu setelah masuk ke dalam rumah. Aku berjalan kearah sofa dan merebahkan diriku di atas kursi empuk itu, lalu melihat ke arah televisi yang baru saja ku nyalakan.

"Haruskah kita pindah saja?" tanyaku pada ayah dan bundaku. Tidak ada jawaban keduanya hanya tersenyum lalu geleng-geleng kepala. Aku pindah ke meja makan di mana bunda sedang sibuk menyiapkan makan siang untukku dan untuk ayah.

"Bunda... Sepertinya aku masih menyukainya." kataku sembari mengeluarkan kantong plastik berisi cemilan-cemilan yang tadi kubeli sebelum pulang ke rumah.

"Anak gadisku ini, masih menyukai tetangga kita itu?" Ayahku menyahut. Dan bundaku mengangguk-ngangguk menahan tawanya.

"Wajahmu saja yang garang, tapi hatimu mudah sekali menyukai orang, kau masih menyukainya? Bahkan setelah setahun lamanya? Hanya gara-gara dia memberikanmu tumpangan setahun yang lalu?"

"Ahhh... Bunda aku tidak bercanda!" Setelah itu kedua orang tuaku tertawa melihat wajahku yang memerah menahan malu.

Akhirnya aku memilih membawa semua cemilanku masuk ke dalam kamar. Aku mengeluarkan buku tugas matematikaku.
1 jam aku bergelut dengan rumus-rumus menyebalkan itu.

Namun kemudian, aku merasa keheningan menyelimutiku, bulu kudukku meremang aku membuka aplikasi musik di handphone-ku lalu memutar salah satu lagu agar tidak merasakan atau mendengarkan hal-hal lain disekitarku.

Bersambung...

_____

Halo... Terimakasih sudah singgah...

Semoga enjoy ya dengan cerita ini...

Sampai jumpa di chapter selanjutnya

Bye bye

Jangan lupa vote nya !!









-Rabu, 2 Februari 2022

I'm a Liar (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang