CHAPTER 11

53 56 39
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

_____

Saat ini, setelah makan malam aku masuk kedalam ruangan, entah ruang apa itu. Tapi Aska ada disana melihatku dari balik kaca transparan. Dia bisa melihatku dan aku pun bisa melihatnya.

"Sedikit lagi... Lalu kita akan pulang kerumah hmm?!" Aku mengangguk lagi menyetujuinya. Itu katanya sebelum aku masuk keruangan dengan kaca transparan yang mengelilingi.

Di dalam ruangan itu. Aku diperiksa. Diberikan berbagai macam pertanyaan.

Aku menjawab semuanya dengan baik. Kurasa. Lalu tiba dipertanyakan terakhir...

"Siapa namamu?" Tanya dokter itu lembut.

"Namaku..." Pikiranku kosong seketika. Aku menatap dokter itu. Aku memilin ujung bajuku aku gugup aku tidak tau jawabannya. Aku benar-benar tidak tau. Selama ini aku pikir aku baik-baik saja, kupikir aku sudah benar-benar pulih, ternyata aku hanya bertambah parah. Aku semakin tidak bisa mengendalikan diriku sendiri.

Aku berbalik menatap Aska. Dan lagi...  Aska menatapku dengan senyumannya yang tampak menyedihkan dimataku. Aku berusaha mengingatnya.

"Namaku..." Berapa kali pun aku berusaha aku tidak bisa mengingatnya. Aku mulai kesal. Aku memegang rambutku dengan kedua tanganku. Aku berdiri dari dudukku. Dokter di dalam ruangan menyuruhku tetap tenang. Tidak apa-apa katanya jika aku tidak bisa menjawab.

Tapi aku... Tapi aku.... Aku tidak mau mengecewakan pria itu. Aku berteriak karena kesal. Aska memaksa masuk keruangan tempatku berada. Beberapa detik kemudian dia sudah ada dihadapanku. Memelukku lagi. Lalu menyuruhku tenang.

•••

Aku kembali ke kamarku setelah berjalan-jalan menghirup udara segar yang berada di lantai atas rumah sakit dengan seorang perawat.

Seminggu sudah berlalu dan Aska belum mengunjungi ku lagi setelah hari itu. Aku merindukannya. Sebenarnya apa yang ia lakukan sampai lupa menjengukku?

Aku berusaha untuk berfikir jernih, mencoba untuk tidak berfikiran negatif tentang Aska. Pria itu akan datang. Pasti.

Tapi sebenarnya hari ini adalah hari kepulanganganku, seharusnya Aska datang menjemputku sesuai dengan janjinya 3 bulan lalu. Tapi saat ini dia belum datang menemuiku, kulihat jam menunjukkan pukul 5 sore. Aku semakin khawatir dibuatnya.

Aku melihat bekas luka yang berada di telapak tangan kananku. Bekas luka yang lumayan panjang dan bekas itu mungkin tidak akan hilang selamanya.

Karena bosan dikamar sendirian dengan semua warna putih yang memenuhi ruangan, aku berniat ke ruangan dokter sekalian bertanya apa ada kabar tentang Aska.

Aku berjalan kesana dengan bersenandung, sampai ku dengar suara Aska dari dalam ruangan dokter, yang membuat hatiku menghangat, rasa rinduku serasa sirna begitu saja.

"Masih harus dirawat lagi?" Begitulah suara Aska yang bisa kudengarkan samar-samar dari luar ruangan. Aku menghentikan tanganku untuk membuka pintu itu.

"Sebaiknya begitu, memang dia terlihat baik-baik saja. Tapi, satu saja hal yang membuatnya mengingat kejadian itu maka usaha kita 3 bulan terakhir akan sia-sia"

"Tapi bagaimana dengan janjiku, dia pasti akan kecewa"

"Tidak apa-apa Aska, aku tidak akan kecewa padamu" kataku pelan, aku berbisik-bisik dibalik pintu.

"Aska, ibu mohon berhentilah merawat anak itu"

Deg

Jantungku serasa berhenti berdetak. Mendengar kata yang berasal dari suara ibu Aska.

"Bunda! bunda jahat banget tau nggak? Bunda nggak kasihan sama dia? Dia itu nggak punya siapa-siapa, dia cuman punya kita bunda"

"Mau sampai kapan kamu rawat dia hah? Sampai dia meninggal? Kapan sih dia meninggal dok? Atau kamu rencana mau nikahin dia!! Bunda nggak bakalan setuju Aska! Ingat ya! Bunda udah jodohkan kamu sama orang lain!"

"Bunda! Iya aku tau!"

"Ternyata Aska cuman kasihan sama aku, tapi dia bilang dia suka sama... Aska bohong sama aku?"  Aku berdiri dibalik pintu masih dengan seribu pertanyaan di kepalaku.

Saat itupun aku sadar, dimanapun aku berada tidak akan ada yang menerimaku tidak akan ada yang mengerti kondisiku, tidka akan ada yang memahamiku, aku sadar aku salah menaruh perasaan pada orang, aku sadar aku salah menaruh harapan pada orang, dan aku salah sudah mempercayai Aska. Saat itu juga aku memutuskan keluar dari kehidupan Aska.

Aku berlari di sepanjang koridor rumah sakit aku keluar dengan pakaian rumah sakit menuju rumahku. Aku tidak peduli lagi pada orang-orang yang menatapku.
Aku tidak ingin perduli lagi tentang bagaimana pemikiran orang-orang terhadapku.

Aku tiba dirumahku, hal pertama yang menyambutku adalah foto keluargaku yang terpajang di dinding ruang tamu dengan begitu besar, namun aku tidak ada di foto itu. Aku mencabut foto itu lalu membantingnya. Serpihan kaca-kaca berhamburan di atas keramik rumahku.

Aku mengganti bajuku dengan cepat, aku memakai Hoodie hitamku seperti biasa, lalu mengambil tas ransel besar dari dalam lemari dan memasukkan baju-bajuku apa saja yang kuanggap penting aku memasukkannya.

Aku menemukan handphone ku didalam nakas, aku menyalakannya dan handphone itu ternyata masih berfungsi. Aku memasukkannya kedalam saku celanaku. Aku ingin cepat pergi dari sini.

Kemana saja, yang penting aku pergi dari hadapan Aska. Aku baru tau jika sebenarnya aku adalah beban yang berat untuk mereka. Aku juga baru tau jika Aska menganggapku hanya sesuatu yang harus dikasihani. Aku sakit hati.

Aku mengangkat tas ransel yang lebih besar itu dan meletakkannya dipunggungku. Dengan langkah cepat aku keluar dari kamarku. Sejenak aku terdiam saat akan keluar dari rumahku, aku kembali menatap rumah yang penuh dengan kenangan buruk itu dan menatap foto yang berada dilantai, ada sebuah rasa yang tidak bisa ku jelaskan saat menutup pintu rumahku itu.

Air mataku menetes tanpa ijin dariku aku menepisnya dengan kasar. Aku menelurusi jalan di malam hari yang  sangat dingin itu, bahkan rasa dinginnya serasa membuat ngilu tulangku.

Handphoneku yang berada di dalam saku celanaku berdering kulihat nama Aska yang tertera pada layar ponselku.

Bersambung...

_____

I'm a Liar (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang