CHAPTER 8

104 105 93
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

_____

Akhir pekan akhirnya datang, Aska benar-benar datang ke rumahku. Aku tidak percaya dia benar-benar ada di depan pintu rumahku saat ini.

Aku mempersilahkannya untuk masuk. Ia memberikan setangkai bunga tulip kuning untukku sambil tersenyum manis.

Hal pertama yang ia perhatikan saat memasuki rumahku adalah rak sepatu yang berada di dekat pintu, cukup lama ia melihatnya sampai aku bertanya

"Kenapa?"

"Tidak" katanya sambil menggelengkan kepalanya. Tak lama kemudian matanya beralih pada foto yang tergantung di dinding rumah.

"Ini foto keluargamu?"

"Iya" jawabku singkat

Lalu aku membiarkannya melihat-lihat ruang tamuku sementara aku mengambilkannya minuman.

Setelah aku kembali dari dapur dengan sebuah minuman, Aska sudah duduk manis di sofa.

"Itu fotomu?" Tanyanya sembari menunjuk sebuah foto yang berada di atas meja kecil disamping sofa

Aku mengangguk. "Kau cantik saat rambutmu panjang, hmmm tapi sekarang kau juga cantik".

Kalian tau aku benar-benar hampir terbang dibuatnya.

Aska menatapku lama, dari raut wajahnya bisa kulihat ada sesuatu yang ingin dia tanyakan padaku. Aku balik menatapnya lalu menaikkan kedua alisku. Dia tersenyum kecut padaku. Lalu menghembuskan nafas yang begitu berat, kurasa ia akan melubangi lantai rumahku dengan hembusan nafasnya yang begitu berat.

"Sama dengan janji kita sebelumnya, hari ini kita nonton film" katanya lalu mengotak-atik remot televisiku.

Setengah jam kami menonton, aku tidak tau apakah hanya aku yang tidak fokus pada film yang sedang diputar, atau dia dia juga sedang tidak fokus.

Sedari tadi aku memikirkan apa yang ada dipikiran pria ini begitu masuk ke dalam rumahku, bagaimana pendapatnya tentangku, atau berfikir apa yang akan kami lakukan setelah menghabiskan film ini.

Kalian tau? Saat ini aku sangat berani membawa seorang pria masuk kedalam rumah, belum pernah aku membawa teman-temanku masuk kedalam sini, karena, baik aku atau siapapun yang ku ajak masuk kesini akan keluar dengan terluka, baik luka batin maupun fisik.

Aku meliriknya sekilas dan aku sungguh terkejut karena ia juga sedang menatapku, sungguh aku hampir berteriak saking terkejutnya.

"Kenapa?" Katanya

"Hah?"

"Hah??" Katanya lagi setelah bingung dengan jawabanku.

Setelah itu mata kami kembali tertuju pada televisi. Aku bisa mendengar dengan jelas bahwa diluar sedang hujan begitu lebatnya turun membasahi halaman rumahku.

I'm a Liar (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang