satu

4.6K 289 7
                                    

"Pacar saya pergi ninggalin saya."

"Pergi? Kamu ditinggal nikah? Kalau begitu, kita sama."

"Bukan."

"Terus?"

"Dia pergi ke surga."

*

Ku di liang yang satu
Ku di sebelahmu

Penggalan lirik tersebut menjadi akhir kalimat yang kudengar. Turun dari taksi dan membayarnya.

Sepulang dari makam, aku memilih untuk langsung kembali ke rumah cepat-cepat.

Aku Dihana Batari. Kebanyakan orang memanggilku dengan panggilan Hana. Aku seorang guru sekolah dasar di sekolah swasta di kota tempat tinggalku. Tahun ini, usiaku menginjak 33 tahun.

Membuka pintu pagar hitam di rumah yang sudah aku tempati selama kurang lebih 7 tahun dengan orang yang sama.

Taman kecil berisi bunga mengalihkan tatapanku pada pintu depan rumah yang sedikit terbuka.

Aku melihat sebuah pot dengan bunga matahari yang terlihat begitu indah di dekat meja tanaman. Aku tersenyum kecil, melangkah ke sana untuk melihatnya secara lebih jelas.

"Apa dia udah pulang?" tanyaku pada diri sendiri.

Kembali ke pintu yang tadi sedikit terbuka untuk membukanya lebih lebar.

"Mas?" panggilku.

Berjalan ke sebuah kamar yang biasa ditempatinya. Pintunya tertutup namun tidak terkunci. Aku yakin, dia sudah pulang dan berada di dalam sana.

Aku membuka pelan pintu kamarnya. Suasana gelap membuatku tak bisa melihat apa-apa, menyalakan saklar lampu.

"Mas udah pulang? Kok tumben."

Dia bergelung dalam selimut. Apa dia sakit?

"Mas?"

"Di, aku lagi kurang enak badan."

Aku terdiam, menyentuh jidatnya untuk memastikan suatu hal. Namun, tidak panas.

"Di, aku masuk angin. Bukan demam." Suaranya terdengar pelan. Ternyata ini alasannya pulang lebih cepat dari yang ia bilang tadi pagi. "Aku mau teh hangat buatan kamu, ya."

Aku tersenyum. Mengangguk. Berjalan menuju pintu.

Omong-omong, suamiku memanggilku dengan sebutan Di, karena menurutnya itu panggilan spesial darinya untukku.

"Kamu kamu dari mana?" tanyanya membuat langkahku terhenti.

Menoleh ke arahnya.

"Habis nengokin Diandra," jawabku jujur.

Aku melihat wajah Mas Candra yang kebingungan. Ia menggelengkan kepalanya di posisi tidurannya.

"Kenapa kamu enggak ajak aku? Aku lagi kangen Diandra."

Aku hanya bisa tersenyum, tanpa menjawab aku memilih lanjut berjalan ke dapur untuk membuatkan teh hangat permintaannya.

Aku dan Mas Candra adalah sepasang suami istri selama hampir 7 tahun. Aku dan dia menikah ketika kami sama sama ditinggalkan oleh orang yang kami sayang.

Setiba di dapur, aku mengambil satu kantung teh dan memasukannya ke dalam cangkir milik suamiku. Menambahkan gula juga air hangat, lalu mengaduknya.

Aku terdiam, melihat ke arah kursi meja makan yang terlihat kosong.

Selesai membuatkan teh, aku langsung kembali ke kamar suamiku.

"Udah jadi."

"Kok enggak jawab pertanyaanku, Di?"

"Mas kan tadi bilang mau pulang sore karena banyak acara. Makanya tadi aku pergi sendirian." Aku menjawab pertanyaan Mas Candra yang tadinya tidak inginku jawab. "Enggak salah kan aku?" lanjutku dengan terkekeh.

Meletakan teh tersebut di nakas.

"Enggak sih." Mas Candra bangkit dari tidurannya. Menatap ke arahku. "Keadaan makam Diandra gimana?" tanyanya.

Aku mengingat kembali.

"Banyak sampah dedaunan dan sedikit basah karena hujan."

"Kamu bersihin?"

Aku mengangguk.

"Terima kasih ya, Di."

"Iya, Mas. Tehnya minum dulu, apa mas mau makan?" tawarku. "Sudah makan belum, Mas?"

"Sudah, tadi sepulang dari kantor."

Aku tersenyum.

"Bagus," pujiku. "Ngomong-ngomong, di depan ada bunga matahari. Apa kamu yang bawa?"

Mas Candra mengangguk dengan senyuman.

Aku balas tersenyum. Berarti ia ingat kemauanku di hari Senin pagi.

"Makasih ya, Mas."

"Sama-sama" sahutnya.

"Aku keluar dulu, ya. Kalau ada apa-apa, panggil aku."

Walaupun aku dan Mas Candra sepasang suami istri, kami tidur di kamar yang berbeda. Kami sudah melakukannya hampir 4 tahun yang lalu.

"Di."

Aku menatap ke arahnya. Kebingungan.

"Kenapa, Mas?"

"Aku kangen Diandra."

Aku terdiam, bingung untuk menjawab.

"Malam ini, kamu tidur di sini, ya? Biar kangenku sama Diandra bisa hilang."

---

Sampai AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang