sembilan

1.5K 186 1
                                    

"Dari kemarin, semenjak kamu cerita soal Danu. Aku takut. Makanya aku lebih milih diam. Bahkan semalam, di kamar aku nangis mikirin itu. Aku takut kamu balik ke Danu. Aku takut kamu masih punya rasa sama dia. Maafin sikapku semalam dan tadi pagi ya, Di."

Sedikit kaget mendengar perkataan yang diucapkan Mas Candra.

"Di, aku mau jujur."

"Kenapa, Mas?" Aku mulai bersuara lagi.

"Aku cinta kamu."

Rumah yang hanya ada aku seorang diri, kini semakin sunyi. Ucapan barusan yang dikatakan Mas Candra membuatku seketika bisu.

Bahkan tubuhku rasanya sedikit kaku.

Aku cinta kamu.

Ucapan itu terngiang-ngiang di dalam otakku. Mungkin bagi orang lain, ini berlebihan.

"Mas? Sehat?"

"Aku lagi sehat, jangan pikir aku lagi sakit. Aku cinta kamu, Di. Aku lagi sadar, enggak mabuk. Aku bukan cuma sayang sama kamu, tapi aku juga cinta kamu, Di."

Aku termenung, menarik napas dalam. Mungkin bagi beberapa orang ini adalah hal yang biasa. Namun, tidak denganku. Hampir tujuh tahun aku berumah tangga dengan Mas Candra, tidak pernah sekalipun Mas Candra bicara soal cinta.

Dari awal pernikahan, Mas Candra bilang tidak bisa berjanji untuk mencintaiku. Karena pernikahan kami saja tidak diawali karena cinta. Mas Canda hanya menjajikan rasa sayang juga setianya. Ia akan menyayangiku dengan sangat.

"Sejak kapan?" tanyaku.

Entah, aku rasanya ingin menangis.

Aku tidak tahu, apakah ucapan Mas Candra tadi serius atau hanya sekadar gurauan belaka. Tapi dari suaranya, aku yakin kalau Mas Candra jujur.

"Sejak kamu hamil Diandra."

Aku memilih diam, menunggu Mas Candra bicara lagi.

"Semenjak itu aku sadar, kamu bukan perempuan yang harus dapat rasa sayangku aja. Kamu itu berhak dapat cinta aku juga. Kamu itu ibu dari anak-anak aku, Di."

Aku rasanya ingin menangis. Apalagi suara Mas Candra yang bergetar di seberang sana.

"Apa ini alasan mas enggak ninggalin aku dengan keadaan aku yang enggak bisa punya anak?"

Tak ada jawaban.

"Ini alasannya?"

"Bukan, Di. Walaupun aku enggak cinta kamu, tetap aja aku enggak bakal ninggalin kamu dengan keadaan yang kamu bilang kurang itu. Kamu tetap sempurna, Di. Kamu juga baik hati."

"Apa iya?"

"Iya. Kamu bisa buat aku jatuh cinta lagi. Aku ingat bagaimana kamu mau terima aku dengan masa lalu aku." Mas Candra berhenti bicara. "Jangan tinggalin aku, Di. Aku benar-benar takut kehilangan kamu, apalagi kamu semalam cerita ketemu mantanmu. Sekarang di dunia ini, aku cuma punya kamu."

Aku ingat, bagaimana Mas Candra berjuang untuk hidup. Saat ia memasuki sekolah dasar, kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Yang membuat ia harus tinggal bersama om juga Tante juga sepupunya.

Namun, sebulan setelah kami menikah. Om Mas Candra meninggal karena sakit. Disusul sang istri 1 tahun kemudian. Di dunia ini, saudara mas Candra hanya sepupunya yang telah menikah.

"Aku enggak bakal ninggalin kamu, Mas.”

Sampai AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang