dua belas

1.8K 186 2
                                    

Pagi ini adalah pagi pertama aku dan Mas Candra setelah memutuskan untuk tidur bersama tanpa pisah kamar lagi. Mas Candra yang meminta, dan aku menyetujui.

Aku membangunkan Mas Candra. Dia langsung bangun dan tersenyum. Mencium pipiku juga jidatku berkali-kali sembari tertawa.

"Ih, jorok. Belum gosok gigi."

Bukannya berhenti, Mas Candra malah terus-terusan menciumiku.

"Mas, mandi dulu."

"Nanti."

Dia berhenti menciumiku. Tapi tangannya menahanku yang ingin bangkit dari tempat tidur.

"Aku mau mandi, Mas. Gatel."

"Nanti aja. Kita puasin waktu kita dulu. Aku kangen begini," katanya. Melingkarkan tangan di perutku. "Sebentar aja deh."

Aku menurut. Membiarkan dia terus memelukku dalam keadaan duduk.

Lima menit kami dalam posisi tadi. Aku akhirnya memaksa Mas Candra untuk bangun. Namun dia menolak dan ingin tidur lagi.

"Aku tidur lagi, ya. Ngantuk."

Aku menggeleng.

"Please," mohonnya.

Aku terpaksa menurut. Mencoba memahaminya.

Aku baru ingat, semalam Mas Candra tidak bisa tidur yang berakhir kami bercerita tentang banyak hal. Dimulai dari perkenalan kami sampai akhirnya Mas Candra mencintaiku.

"Bangunin aku setengah sembilan. Aku ada rapat kantor."

Walaupun hari libur, Mas Candra hari ini ada rapat. Semalam, ia sudah bilang padaku agar aku mengingatkannya apabila lupa.

Aku mengangguk.

"Sekarang jam berapa?"

"Setengah enam."

Aku kemudian keluar kamar untuk mandi dan melakukan pekerjaan rumah. Aku tersenyum sendiri. Hubungan aku dan Mas Candra sebelumnya baik-baik saja, tapi sejak semalam, semakin membaik.

Kami benar-benar seperti sepasang suami istri pada umumnya yang saling mencintai.

Teringat kemarin bagaimana Mas Candra mengatakan itu lewat telepon. Aku terkekeh pelan.

Selesai mandi, aku langsung memberi makan kucing kesayangan Mas Candra, Ocan. Dia terus mengeong. Aku mengusap bulu lembutnya.

Usai itu, aku pergi belanja sayur yang tukangnya lewat depan rumah. Membeli sayuran juga ikan.

Tiba di rumah, aku langsung memasaknya. Tumis sayur sawi putih untuk mas Candra juga ikan goreng serta sambalnya. Ini juga adalah permintaannya.

Baru aku pergi membersihkan piring kotor bekas masak dan makan, mencuci juga menjemur baju, lalu merapikan rumah mulai dari menyapu juga mengepel.

Melirik jam di dinding. Sekarang waktu menunjukkan pukul delapan lewat dua puluh menit. Masih ada waktu sepuluh menit sebelum aku membangunkan Mas Candra sesuai jam yang ia inginkan.

Aku memberi makan Ocan lagi. Padahal tadi saat aku bangun, aku sudah memberinya. Namun kini sudah habis. Memang kucing kelaparan.

Dia mengeong saat aku memberikan makan. Terkekeh pelan. Mengusap lembut bulunya lagi yang semakin tebal, walaupun ia hanya kucing domestik. Mungkin karena Mas Candra yang mengurus Ocan dengan benar.

Selesai memberi makan Ocan, aku kembali ke kamar untuk membangunkan Mas Candra.

Membuka pintu kamarnya yang tertutup. Aku menghela napas kesal. Bisa-bisanya saat matahari mulai masuk dan sangat silau di penglihatan, Mas Candra masih asyik bermimpi. Bahkan terlihat tak terusik sama sekali.

Berjalan ke jendela untuk membuka tirai gorden dengan lebar. Cahaya sudah penuh masuk ke dalam kamar.

"Mas, udah siang lho."

Aku terus berusaha membangunkan Mas Candra. Duduk di pinggir kasur.

"Mas, bangun."

Namun Mas Candra belum bangun juga. Aku mengguncang tubuhnya.

Entah perasaanku saja atau bagaimana, tubuh Mas Candra berbeda. Terasa kaku, bahkan aku tidak merasakan napasnya.

Menatap wajah Mas Candra yang tak seperti biasanya. Berusaha membangunkannya lagi, tapi Mas Candra tetap tidak ada pergerakan. Berusaha mengecek denyut nadi di bagian leher dengan ujung jari.

"Mas?"

Sampai AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang