sepuluh

1.6K 183 0
                                    

Sampai di rumah, Mas Candra langsung memelukku erat. Ia seolah tak peduli bila habis di luar dengan keadaan yang kotor.

"Jangan tinggalin aku, ya."

Mas Candra lebih manja dari biasanya. Aku terkekeh pelan. Walaupun air mata mulai turun dari pelipis. Tentu saja aku tidak akan meninggalkannya.

Menurutku Mas Candra adalah laki-laki terbaik yang pernah aku kenal setelah ayah juga Kak Andri.

"Enggak bakal."

Dia terdiam. Pelukannya semakin mengerat. Padahal kami masih berada di ruang tengah rumah. Bahkan ia tidak peduli Ocan yang terus mengeong sejak kedatangannya.

"Mas enggak mau mandi dulu?" tanyaku.

Dia menggeleng.

"Aku pengen gini."

Aku tersenyum dan balas memeluknya.

"Udah lama ya kita enggak gini?"

Aku mengingat suatu hal. Mengangguk. Semenjak memutuskan pisah kamar karena aku yang butuh jarak dan waktu sendiri setelah aku keguguran beberapa tahun lalu.

"Maafin aku."

"Enggak apa-apa," sahut Mas Candra.

Kami sama-sama terdiam masih dengan keadaan Mas Candra memelukku.

Sampai akhirnya suara dari Ocan yang kini mengeong keras membuat Mas Candra berhenti memelukku. Ia langsung menghampiri kucing yang paling disayanginya itu.

Terlihat Mas Candra yang menggendong Ocan sembari tertawa.

Aku terkekeh pelan. Mas Canda sudah menjadi Bucing, Budak kucing.

Usai itu, Mas Candra bilang ingin mandi air hangat. Aku langsung menuruti kemauannya. Meninggalkannya yang masih asyik bermain dengan Ocan.

Aku memasak air untuk Mas Candra mandi. Tak lama, air sudah masak dan aku segera menuangkannya ke bak.

Kembali ke ruang tengah, namun tak melihat Mas Candra. Ocan ada tapi tengah malam seorang diri.

Aku masuk ke dalam kamar. Ternyata Mas Candra di dalam sana. Menatap ke arah jendela kamar dengan gorden yang dibuka. Ia langsung menoleh begitu tahu aku di kamarnya.

"Mas, airnya udah ja—"

"Mulai sekarang kita tidur bareng lagi ya, Di?"

Aku mengernyit heran.

"Kenapa?"

"Aku mau begitu. Sampai seterusnya."

Sampai AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang