Serpihannya menembus telapak kakiku. Ada perih yang mengganjal dan sakit yang menusuk, tetapi aku tetap melangkah menjangkau sapu dan pengki. Kekacauan ini harus segera dibersihkan sebelum suamiku datang.
Sebuah gelas dibanting lagi ke lantai olehnya. Matanya melebar, membesar, seribu makian terbit dari bibir mungilnya. Muntahan kata yang selayaknya tidak muncul dari wajah ayu yang sebelumnya begitu ramah dan bersahabat. Dia datang untuk menagih, tetapi aku belum bisa memberikannya karena yang dia minta bukan milikku.
Aku masih tidak berkata apa-apa, melawan juga malas. Kubiarkan dia memuntahkan semuanya, kekesalannya, kemarahannya. Tapi, jangan coba sentuh tubuhku, maka dia akan rasakan akibatnya.
Aku masih menunggu permintaan berikutnya setelah dia berkata, "Tinggalkan suamiku, Sundal!"
YOU ARE READING
Pentigraf - Kisah Kisah Pendek
General FictionTulisan tiga paragraf menggambarkan cerita tak banyak kata