Pensiun

100 2 0
                                    

"Dek, mulai besok aku gak ngantor lagi..." kukabarkan berita tentang purnatugasku padanya. Sudah dua puluh tima tahun aku mengabdi, menjadi kuli pada perusahaan orang lain. Gajiku lebih dari cukup untuk membiayai kedua anak dan istri. Entah bagaimana setelah ini, belum terbayang pekerjaan apa sebagai pengganti. Aku lupa mempersiapkan. Sementara pesangon masih bisa digunakan untuk menutupi keperluan keluarga.

"Abang, cicilan rumah dan mobil bagaimana?" Istriku mengingatkan beban yang menjadi tanggungan. Keperluan masih banyak tapi sudah berhenti bekerja. Sejak itu, hariku dimulai dengan kemerdekaan. Walaupun teh hangat pembuka pagi, masih dihidangkan.  Wajah cemberutnya adalah bonus. Melihatku seharian menghabiskan waktu di rumah saja membuatnya senang, karena selama ini aku cukup jarang pulang.

Hari ini, setelah tiga bulan makan tidur tanpa kegiatan berarti, aku keluar mencari sesuatu yang bisa dilakukan. Aku berharap ada lowongan untuk si tua ini. Pekerjaan yang tak seberapa dengan bayaran luarbiasa. Sayangnya sampai kulangkahkan kaki pulang, tak juga ada hilalnya. Kubuka pagar tinggi rumah kami, keadaannya sunyi dan sepi. Beberapa tas menungguku di teras. Semua pintu sudah terkunci. Aku dipensiunkannya juga menjadi suami.

Pentigraf - Kisah Kisah PendekWhere stories live. Discover now