🍃

1.3K 138 6
                                    

"Pa, beli maltabak yuk"

Pinta Winter sambil menarik ujung baju Papa Jeno. Pasangan ayah dan anak ini duduk di parkiran depan sekolah. Dari sini bisa melihat keluar jalan termasuk jualan kaki lima diseberang. Di dekat sekolah swasta elit ini bersebrangan dengan gudangnya makanan. Winter mencoba martabak yang Jeno bawakan sebagai sogokan karena pulang telat. Semenjak itu Winter jadi bucin martabak, hanya martabak dengan toping keju.

"Ya sudah ayo sebelum Mama cantik keluar."

Yap, mereka ini sedang menunggu Karina yang katanya ada urusan sebentar dengan organisasinya, PMR.

"Adek mau gendong apa jalan?"

"Jalan saja, Pa. Adek sudah besal kok."

"Pegang tangan Papa yang kencang."

Ayah dan anak ini menaiki jembatan layang. Sampai diseberang keduanya langsung menuju jualan martabak tanpa menoleh kanan-kiri.

"Abang, adek beli maltabak keju dong. Papa yang bayal." Winter memesan dengan lancarnya.

Abang tukang martabak nya sempat kebingungan mencari suara dari mana yang memesan. Winter kan masih pendek, dia juga berdiri di depan bukan di samping.

"Abang, adek di depan"

"Owalah... Abang kira dimana tadi hehehe.."

"Adek di sini hehehe..."

Jeno cuma terkekeh pelan melihat kelucuan putrinya ini.

"Bang satu loyang ekstra keju ya"

"Baik mas. Duduk dulu mas nanti adeknya capek berdiri"

"Terima kasih." Jeno duduk memangku Winter.

"Mama cantik kita beliin apa ya, Pa?"

"Em... Apa ya?"

"Mama suka apa?"

"Mama suka banyak, dek"

"Cumi bakal saja, Pa"

"Ide bagus. Kita beli cumi bakar sudah ini."

  🦢

Selesai dengan acara beli makanan, pasangan ayah dan anak ini kembali lagi ke parkiran sekolah. Ternyata Mama cantik mereka sudah menunggu.

"Kalian dari mana?"

"Beli jajan, Ma" Tunjuk Winter ke plastik yang ditenteng Papa Jeno.

Mama cantik ngangguk. "Sudah selesaikan? Kita langsung pulang Mama gerah pengen mandi"

"Ayo! Adek pengen makan!"

Naik apa keluarga kecil ini? Mobil? Bukan! Mereka pakai motor matic. Biar seru katanya kalau tiba-tiba pengen jajan dipinggir jalan tidak susah untuk parkir.

Selesai bersih-bersih ketiganya berkumpul di gazebo belakang. Makan jajanan tadi sambil nonton kartun spons warna kuning dari laptop Jeno.

"Ma?"

"Kenapa dek?"

"Kenapa sekewitwut tidak pakai celana?" Ah.. sejak lama Winter penasaran tapi baru kesampaian hari ini untuk menanyakan hal itu.

Karina juga baru menyadari itu. "Karena kakinya banyak jadi celananya tidak muat, dek."

"Tidak malu?"

"Dia tidak punya malu, dek"

"Mama, jangan diajarin aneh-aneh anaknya"

"Tapi benar kan Pa dia tidak punya malu?"

sudahlah Jeno cuma bisa tersenyum. Terserah istrinya yang penting bahagia.

"Ish! sekewitwut tidak punya malu" Winter menggeleng-geleng prihatin.

🦢

Adyatama LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang