Ingat ya ini alurnya loncat-loncat.
🦢
Pagi hari dapur kediaman keluarga Lee sudah dipenuhi dengan suara tawa oleh cucu Nona Muda Lee. Siapa dia? Ya Winter lah.Agenda pagi ini membuat kue untuk acara nanti malam. Winter sibuk sekali membantu di dapur. Iya sibuk membantu menghabiskan (≧▽≦)
"Sayang minum dulu nanti tenggorokannya sakit"
"Telima kasih Nenek Lee~" Winter mengambil segelas air putih yang disodorkan oleh Jennie. Nenek Lee kesayangan Winter.
"Loh Mom mana kue yang disin--adek pasti yang habisin iyakan?"
"Hehehe..."
"Kue yang sudah selesai dihias simpan didalam ruang pendingin, Rin. Bilangin sama kepala chef"
"Iya Mom. Jangan biarkan adek makan kue lagi Mom, nanti adek makin bulet"
"Hahaha... Bulet haha.."
Yang diketawain malah tidak perduli. Dia sibuk menenangkan perutnya yang gelembung seperti balon.
"Adek gembulnya Kakek dimana? Main yuk~" suara Taeyong bergema ke setiap ruangan lantai bawah.
"Adek Wintel disini Kakek~" Winter buru-buru berdiri menghampiri Kakeknya itu. Agak susah sih soalnya tubuh Winter gembul. Mana kekenyangan lagi.
"Jangan berlari Adek~" Taeyong buru-buru menghampiri cucu kesayangannya. Nanti jatuh terus gelinding bisa di sate Jennie dia.
Hap!
Winter nemplok di kaki Taeyong sudah seperti lintah kekenyangan. Gendut, mana geliat lagi.
"Sayang Kakek Lee~"
"Sayang juga cucu Lee~"
"Hahahaha~"
Keduanya tertawa terbahak-bahak. Tidak tahu apa yang lucu cuma mereka yang tahu.
"Adek temani Kakek main Golf yuk"
"Huh? Papa ganteng mana?"
"Papa adek masih di kantor. Jadi adek yang nemenin Kakek hari ini."
"Hmm... Baiklah."
"Merencanakan apa lagi mereka, Mom?"
"Paling kegiatan tidak berguna. Seperti tidak tahu Appa-mu itu bagaimana orangnya, Rin"
"Tapi Appa keren, Mom"
Jennie ngedip-ngedip pelan. "Iya sih."
🦢
"Kakek Lee bolanya miling tuh"
"Masa sih?"
"Iya benel."
Taeyong jongkok memperhatikan bola kecil itu. Kok seperti ada yang aneh.
"Bolanya gepeng, dek"
"Benalkah?"
"Benar."
Taeyong ngangkat bola kecil itu. kok bisa gepeng? Aneh sekali.
"Kakek buang yang itu. Bial ini adek yang ganti"
"Oke silahkan." Taeyong berdiri. Biarkan cucunya mengganti bola yang baru.
"Nah ini. Silahkan Kakek."
Winter berdiri disamping Taeyong. Kedua tangannya melipat di dada. Tidak lupa dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Keren sekali.Taeyong mengambil ancang-ancang untuk memukul...
Pluk...
"Lah, mana?"
"Huh?" Winter yang penasaran mendatangi lubang kecil tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Tidak ada Kakek" lapor Winter
"Terus kemana dong?"
Taeyong refleks mengangkat stik ditangannya. "Eh?" Stiknya agak berat, "loh nempel, dek"
"Masa?" Winter lari-lari kecil menghampiri Kakeknya, "Ih... Selim adek, Kakek"
"Slime?"
"Hu'um!"
"Kok... Kok? Fftt... Hahahaha.."
"Hihihi..."
"Hahaha/hihihi..."
"Tuan Besar sama Cucu Nona Muda Lee kenapa?" Tanya kepala pelayan bingung melihat Tuannya tertawa terpingkal-pingkal.
"Cucu Nona Muda Lee salah ambil bola. Yang diambil bukan bola tapi slime. Jadinya nempel di stik."
"Owalah... Random sekali."
🦢
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyatama Lee
Fanfiction(Belum Revisi) "Anak seperti teman."--Karina. "Minta dijodohkan bukan dijodohkan."--Jeno. "Aku seperti pedofil."--Jaemin. "Ma, Kakak Na ganteng."--Winter. Korea-Indonesia. #Book pertama loncat-loncat. Kisah singkat tentang Jenrina sebagai orang tua...