Warning! Adegan dibawah ini cuma karangan semata. Jangang dianggap serius.
❄️
Seumur-umur menghadiri persidangan baru kali ini Taeyong melihat persidangan yang sunyi. Seakan tidak ada orang didalam ruangan. Dan kesunyian ini sudah berlangsung hampir setengah jam lamanya.
Srett..
Bunyi kursi digeser membuat semua orang mengalihkan perhatian ke sumber suara.
Derap... derap... derap...
Karina berjalan ke depan sambil mengelus perutnya. Karina dan bayi dalam perutnya tidak tahan lagi duduk berlama-lama, jadi ini harus diselesaikan dengan cepat.
Derap.
Karina berhenti tepat dihadapan terdakwa. Matanya menatap lekat terdakwa yang masih setia menunduk sejak tadi.
"Kau," Karina menepuk bahu terdakwa, "coba angkat kepalamu" tidak mendapat reaksi yang diinginkan
Plak!
Maka kekerasan lah yang harus turun tangan. Karina bukan orang yang sabar ngomong-ngomong.
Hakim yang hendak bicara mengurungkan niatnya ketika Jeno ikut berdiri dari tempat duduk. "Aku tidak tau seperti apa jalannya persidangan. Tapi karena kalian terlalu lama biar kami yang turun tangan. Kalian hanya perlu menjadi saksi disini." Setelah berkata seperti itu Jeno kembali duduk.
"Nah dengar, suami tercintaku sudah angkat bicara. Ayo lihat aku tuan. HEH LIHAT AKU! APA KAU TULI?!" Yang diteriaki langsung terjangkit kaget. Bagaimana tidak kaget kalau Karina teriak didepan wajahnya.
"Nah bagus." Terdakwa melihat Karina masih dengan wajah kagetnya. "Kau lama sekali buka suara. Apa kau tidak lihat aku ini sedang hamil besar," omel Karina kesal, "lihat bayiku sudah kelelahan duduk lama disana" tunjuk Karina ke perutnya.
"Ayo kita bicara masalah ini tuan. Kenapa kau melecehkan putriku hah?! Kau tidak mungkin bisa masuk dengan mudah kalau tidak dibantu oleh orang yang tau seluk beluk tentang keluarga Lee. Siapa orangnya? Beritahu aku sekarang!" lagi-lagi terdakwa hanya diam.
Tak!
Karina meletakkan ponselnya didepan terdakwa. Dengan ponsel yang sedang terhubung dengan seseorang disana.
"Hallo sayang~"
"Mommy~"
"Bagaimana?"
"Hah... Dia tidak mau bicara, mom" adu Karina
"Tunggu sebentar ya..."
"Kalian pasti mau lihat juga kan. Nono kirim link biar mereka bisa join meeting"
"Tentu sayang."
"Wow.. Kenapa ramai sekali" seru Jennie berdecak kagum
Kemudian layar yang menampilkan wajah Jennie kini berubah menampilkan dua orang, ibu dan anak yang duduk dengan kaki dan tangan yang terikat. Sang anak terisak lirih melihat darah mengalir dari leher ibunya. Terlihat Rose dengan bangga memamerkan karyanya.
"Nah bagaimana? Ah... Putrimu cantik sekali, pasti para pria diujung sana sangat senang menggauli putrimu ini."
"TIDAK-TIDAK! JANGAN LAKUKAN ITU!"
Karina melotot kaget. Kemudian menjauh dari terdakwa yang akhirnya membuka mulutnya.
"Kalau begitu mari kita barter" tawar Rose
Tanpa pikir panjang terdakwa menunjuk seseorang, "Narra Na. Dia memintaku untuk melecehkan cucu Lele. Aku tidak tau apa tujuannya. Dengan imbalan tempat tinggal dan pekerjaan aku menyetujuinya karena aku sangat membutuhkan--"
"APA-APAAN KAU MENUDUHKU!" Teriak Narra tidak terima
"Untuk apa aku berbohong?"
"Kau tidak bisa menuduhku tanpa bukti!"
"Tapi mommy punya, Narra.."
"Mommy" Narra menatap Lisa narnar
"Apa tujuannya, mom?" Tanya Jaemin tanpa mengalihkan pandangan terhadap Narra
"Kamu. Narra ingin kamu, Na."
"Narra kau menaruh perasaan lebih kepada ku?"
Narra nunduk tidak berani menatap Jaemin yang terkesan dingin. Jaemin selama ini selalu bersikap hangat hingga membuat Narra terlena. Menyalah artikan rasa sayang yang Jaemin berikan. Hingga timbul rasa ingin memiliki dihati Narra.
"Narra!"
"Ya, aku memiliki perasaan lebih terhadap oppa. Bukan sebagai kakak. Aku... Aku--"
"Kak Na," Winter menyela, "boleh aku bicara padanya?"
Jaemin ngangguk. Memberikan ruang kepada Winter.
"Apa kau ini manusia Narra?" Pertanyaan Winter membuat orang-orang bingung. Sudah jelas Narra itu manusia. Kenapa masih dipertanyakan?
"Apa kau buta? Jelas-jelas aku manusia lah."
"Benarkah? Lalu kenapa kau berpikir seperti bukan manusia?"
"Kau ini bicara apa sih, tidak jelas."
"Susah bicara sama orang tidak punya otak."
"Ap--"
"Aku baru mengerti apa yang diajarkan oleh papa dan mama sekarang. Menjadi orang baik bukan pilihan yang tepat untuk bertahan hidup di dunia yang kejam ini. Karena hidup bersandingan dengan manusia berprilaku seperti binatang liar seperti kau ini, aku harus belajar menjadi seorang pawang yang kejam agar binatang liar ini dapat ditaklukkan."
"Sekarang waktunya aku harus menjalankan tugasku sebagai pawang."
"AAAAAAA!"
Sepanjang sejarah tidak pernah ada persidangan yang melakukan ancaman dan penganiayaan secara terbuka seperti ini,
BRUG!
Narra tersungkur tepat dibawah kaki terdakwa.
"Sebelum kau menyuruh orang untuk melecehkan seseorang, lebih baik kau mencoba dulu seperti apa rasanya dilecehkan. Kau," Winter menunjuk terdakwa, "perlakuan kau kepadaku juga harus kau lakukan kepadanya."
"KAU GILA WINTER!"
"IYA! AKU MEMANG GILA. KAU MAU APA?!"
"Daddy tolong Narra, hiks"
Taeyong memalingkan wajahnya. Dia merasa gagal mendidik anak.
"Jangan diam saja. Lakukan sama persis." Karina mendorong terdakwa.
Dan memperlihat pelecehan secara langsung ditengah-tengah persidangan. Sepertinya persidangan ini akan masuk dalam sejarah kelam.
❄️
Tidak sampai nganu ya... Hanya sama persis seperti yang terjadi kepada Winter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyatama Lee
Фанфик(Belum Revisi) "Anak seperti teman."--Karina. "Minta dijodohkan bukan dijodohkan."--Jeno. "Aku seperti pedofil."--Jaemin. "Ma, Kakak Na ganteng."--Winter. Korea-Indonesia. #Book pertama loncat-loncat. Kisah singkat tentang Jenrina sebagai orang tua...