Bonus Chapter

1.3K 87 6
                                    

1000 word!

❄️🦢

"Hahahaha! Hahaha! Ha. Ha. Ha. Tidak ada yang boleh mengambil milikku. Jika aku tidak bisa memilikinya, maka kau juga tidak bisa memilikinya. Semoga kita bisa bertemu di kehidupan selanjutnya, Oppa." 

"Oppa tidak menyayangiku lagi" 

"Huhuhuhu... Oppa~"

"Jaemin oppa~"

Narra meringkuk diujung kasur. Mulutnya tidak henti-henti mengatakan kalimat yang sama sepanjang hari.

"Beginilah keadaannya. Tidak ada peningkatan lebih dari beberapa bulan yang lalu."

"Tapi dia tidak pernah mengamuk lagi kan?"

"Sudah sebulan ini tidak. Kecuali memperlihatkan foto cucu Lee, dia akan mengamuk lagi"

"Hah..." Jennie menghela nafas pasrah. semarah-marah Jennie kepada Narra, Jennie tidak setega itu membiarkan Narra  dalam keterpurukan. "Tolong lakukan yang terbaik, dokter"

"Tentu nyonya Lee."

"Echan~ katakan dadah kepada Noona"

Haechan yang duduk dipangkuan Jennie ngedongak, "Noona?"

"Iya, Noona Narra"

"Dadah Noona~" Haechan melambai-lambaikan tangannya yang penuh dengan lemak bayi dengan semangat

"Isel juga mau sapa Noona??" Tanya Rose. Bukan mendapat respon yang menggemaskan, Giselle malah melongok membuang muka. Bayi berusia 1 tahun ini sepertinya punya dendam kesumat sejak dalam kandungan.

"Kalau Isel tidak mau ayo kita pulang"

"Yey pulang~" haechan bergerak random sambil memegang erat jari mommy Jennie. Yap, Jennie menolak tua tidak mau dipanggil nenek.

"Uyang~~" dan diikuti Giselle bergerak seadanya digendong Rose.

Hari ini jadwal kunjungan yang rutin Jennie lakukan setiap hari Sabtu sore untuk melihat keadaan Narra.

Narra dipindahkan ke rumah sakit jiwa 1 tahun yang lalu.

Bermula dari Narra ngamuk tepat dihari pernikahan Jaemin dan Winter. Hampir saja perbuatannya membuat kacau pernikahan yang sedang berlangsung.

Sampai hari ke hari keadaan Narra semakin memprihatinkan. Narra didiagnosis depresi berat. Tidak bisa tidur tanpa bantuan obat. Sampai berhalusinasi merencana kecelakaan yang merenggut nyawa pemeran utamanya, bak story sad ending.

Apa Jaemin perduli?

Tidak!

❄️🦢

"Karin aaaaa~"

Winter menunggu reaksi Karina dengan harap-harap cemas takut masaknya tidak enak. Masakan kali ini hasil eksperimen Winter hampir seharian berkutat di dapur.

"Gimana?"

Karina mengacungkan jempolnya.

"Yes!" Winter joget-joget tidak jelas merayakan keberhasilannya untuk yang kesekian kali.

"Dek, ini pesanannya"

"Wah~" mata Winter berbinar-binar, "terima kasih mas suami~"

"Sama-sama. Mas ke depan dulu ya... Sekalian nyiapin tempat piknik kita"

"Iya mas~"

"Jaemin"

"Iya, Rin?"

"Jeno dimana?"

Adyatama LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang