Warning! Winter kelas 1 SMP dan Jenrina kuliah mendekati semester tua.
🦢
"Loh kok sudah pul-lang... ITU WAJAHNYA KENAPA?!" Karina buru-buru menghampiri putrinya yang mematung didepan pintu.
Winter kaget, kenapa mama nya masih dirumah? Habislah Winter.
"Adek ini kenapa?" Tanya Karina lagi yang sudah berdiri didepan sang anak.
"Em.. Itu.. adek jatuh, ma"
"Jangan bohong!" Karina tidak bisa dibohongi semudah itu.
"Ayo masuk"
"Sstt.."
Winter tidak sengaja meringis ketika Karina menggenggam tangannya.
Karina membuka telapak tangan Winter. Tidak menanggapi apa-apa Karina membawa masuk Winter ke ruang kesehatan yang dibuat khusus di rumah.
Membersihkan telapak tangan Winter dengan hati-hati. Mengompres lebam di wajah Winter dan...
"Buka baju, dek"
"Eh?"
"Mama bilang buka."
Karena tidak mau mama nya marah, Winter langsung membuka baju seragamnya.
Seperti kilat menyambar, mata Karina memanas. Emosinya tiba-tiba naik kepuncak.
"Pakai lagi bajunya, dek."
Winter tiba-tiba menciut mendengar suara mama nya terkesan dingin. Apa mama nya tahu apa yang terjadi?
"Minum dulu. Adek pasti haus kan"
Winter menerima gelas yang disodorkan Karina dan meminumnya sampai habis. Jujur saja Winter haus karena tidak sempat lagi minum setelah makan tadi keburu ditarik soalnya.
"Anak pintar" Karina mengusak rambut Winter, "ayo kita pergi."
"Kemana, ma?"
"Sudah ikut saja."
🦢
Karina dengan angkuhnya masuk kedalam sekolah sambil menggandeng tangan Winter. Derap langkah menggema di sepanjang koridor. Tentu menarik perhatian banyak orang. Winter juga tidak luput dari perhatian tanpa sadar meremas kuat tangan mama nya ini.
"Anak haram itu datang dengan siapa?"
Bisikan yang sangat jelas ditelinga Karina. Winter jadi gelagapan. Mama nya dengar kalimat itu.
Karina mundur beberapa langkah. Tangannya terulur mendekati salah satu siswi yang nyeletuk tadi. Mengelus pelan pipinya lalu...
Plak!
Tamparan lumayan keras Karina layangkan ke mulutnya.
"Mama" Karina memeluk tubuh mama nya ini supaya lebih tenang. Karena jika emosian begini perilaku mama nya tidak terkontrol.
"Mulutmu ini kotor sekali" Karina masih menatap tajam siswi itu.
"Hiks..." Isakan terdengar dari bibir tebalnya. Hasil jentikan jari manis Karina.
"Tidak usah nangis kau sudah dewasa"
Karina mengedarkan pandangannya. Banyak yang mengelilingi mereka berdua ternyata.
"Jaga ucapan kalian kalau tidak mau ku potong pita suara kalian. Biar bisu sekalian. Tidak berguna juga."
Karina menoleh ke Winter. "Ayo putri mama yang manis kita lanjutkan perjalanan."
🦢
Setengah jam kemudian ruang kepala sekolah sudah kedatangan beberapa siswa beserta orang tua masing-masing. Siapa yang menyuruh? Karina lah.
"Sebenarnya ada apa ini?" Tanya salah satu orang tua siswa disana.
"Begini," kepala sekolah mulai menjelaskan, "menurut pengakuan putri Nona Karina kalau anak anda melakukan tindak bullying kepadanya. Maka dari itu kami dari pihak sekolah ingin menanyakan kebenarannya"
"Bully? Tidak mungkin anakku melakukan itu"
"Nak jelaskan" pinta kepala sekolah kepala kepada Winter.
Winter melirik kepada beberapa siswa dan siswi yang sudah melototinya seakan mata mereka akan lepas dari tempatnya.
"Jangan melotot seperti itu kepada putriku. Mau ku congkel mata kalian?" Peringat karina.
"Nona jangan bicara seperti itu"
"Kenapa? Anak kalian menakuti anakku" Karina tidak mau disalahkan pokoknya.
"Adek bilang semuanya biar kami mendengarkan" pinta Karina lembut sambil mengelus telapak tangan putrinya. untuk menenangkan tentu.
"Mereka bilang aku anak haram. Mereka menjauhi aku takut terkena sial. Hampir 2 minggu ini mereka menyakitiku agar aku berhenti dari sekolah ini. Bukan hanya ucapan yang kasar tapi juga perilaku mereka juga kasar."
"Kanapa mereka bilang adek anak haram?" Ini Karina masih tenang. Iya tenang sekali.
"Karena papa sama mama menikah muda. Jadi mereka bilang aku pasti anak hasil diluar nikah."
"Karena itu saja?"
Winter menggeleng, "Dan papa sama mama seharusnya tidak membiarkan anak haram ini hidup. Mereka--"
"Cukup, dek. Apa pembelaan anak anda Tuan dan Nyonya?"
"Anak itu bohong, Ma. Mana mungkin aku bicara seperti itu"
"Nah Nona, anakku bilang dia tidak begitu. Jadi masalahnya selesaikan?"
"Wow... Hebat sekali anda Nyonya" Karina bertepuk tangan heboh.
"Loh, kenapa?"
"Dek, siapa saja yang tidak bersikap adil disekolah ini?"
"Semua. Kecuali teman adek, Ningning dan tunangannya."
"Termasuk guru?"
"Iya."
"Jangan asal bicara ya!" Kepala sekolah mendelik tidak suka atas pengakuan Winter.
"Adek jelas melihat guru tidak melerai ketika siswa lain memukul adek, ma"
PRANG!!
"BABI KALIAN SEMUA!!"
🦢
Bagi tiga kepanjangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyatama Lee
Fanfic(Belum Revisi) "Anak seperti teman."--Karina. "Minta dijodohkan bukan dijodohkan."--Jeno. "Aku seperti pedofil."--Jaemin. "Ma, Kakak Na ganteng."--Winter. Korea-Indonesia. #Book pertama loncat-loncat. Kisah singkat tentang Jenrina sebagai orang tua...