#8. Mini Party

2.5K 220 11
                                    

Pagi ini, Mark dan juga Jeno sudah terbangun. Bukan sebuah kebiasaan untuk mereka bangun pagi-pagi sekali di hari libur.

Entah apa yang akan diperbuat oleh bubunya hingga membuat kedua anaknya bangun di pagi pagi buta seperti ini.

"JENO!! MARK!!"

Jangan tanya asal suara itu darimana. Taeyong lah yang berada di balik teriakan itu. Ia sudah dua kali membangunkan kedua anaknya itu, dan menyuruh mereka untuk segera turun. Tapi sudah lima belas menit semenjak ia keluar dari kamar si bungsu, ia belum melihat tanda-tanda kedua anaknya itu bangun.

Taeyong menghembuskan nafasnya kasar dan kembali menaiki tangga menuju kamar si sulung.
Dan benar saja, terlihat putra sulungnya itu masih setia berada di balik selimut tebalnya.

"Akhhh"

"Bangun gak?! Bubu udah berapa kali teriak-teriak gak ada yang denger! Cepet bangun, cuci muka terus turun ke bawah!" Ucap Taeyong dengan tangan yang masih menjewer telinga Mark.

"I-iya bu, lepasin dulu ini tangannya akh" ucap Mark meringis dengan tangan yang berusaha melepas jeweran dari sang ibu

"Bubu tunggu lima menit di bawah" ucap Taeyong melepas jeweran nya dan berlalu keluar menuju kamar si bungsu.

"JEN-" teriakannya terpotong saat melihat putra bungsu nya sudah rapi dengan kaos hitam dan juga celana pendeknya.

"Iya bu, bentar lagi jeno turun" ucapnya

Untung saja Jeno segera bangun dan berlari ke toilet saat mendengar suara gaduh di sebelah kamarnya. Jika tidak, pasti ia akan mendapatkan apa yang didapat saudaranya itu.

Ya, kamar Mark dan Jeno bersebelahan jadi apapun yang terjadi di ruang sebelah pasti akan terdengar jelas di ruang lainnnya.

.
.
.

"Jen, tolong itu kamu taruh di gudang ya" ucap Taeyong menunjuk sebuah kardus di meja tamu.

Tanpa berkata apapun, ia langsung mengambilnya dan membawanya ke gudang seperti apa yang diperintahkan Taeyong.

Brakk

Saat ingin meletakkan kardus itu, Jeno tak sengaja menyenggol beberapa tumpukan kardus lainnya.

Ia langsung terfokus pada sebuah bingkai foto yang terbalik di bawahnya. Diletakkannya kardus yang ia bawa dan tangannya terulur mengambil benda itu.

Ia terdiam sebentar, matanya tak lepas memandang bingkai foto itu. Terdapat dua remaja kecil yang sedang tertawa bahagia disana. Tersenyum lebar menghadap kamera.

"Nana" gumamnya

"Na, kamu apa kabar? Aku kangen banget sama kamu"

Jeno pun menyimpan foto itu dan berjalan ke kamarnya.

Diletakkannya foto itu di meja belajarnya. Ia pun tersenyum saat mengingat kenangan dimana saat foto itu diambil.

Flashback on

"Nono ayo foto sama Nana sini"

"Nana, nono gamau foto"

"Ayolah, sekali saja. Sebentar lagi kan Nana bakal ikut Ayah sama Bunda ke Jepang"

"Foto itu bisa buat kenang-kenangan Nono"

Jaemin yang dengan sekuat tenaga menarik lengan Jeno yang nyatanya semuanya sia-sia. Jeno tidak bergerak sedikit pun.

Sampai akhirnya Jaemin pun tak sengaja terjatuh di pangkuan Jeno. Mengecup pipi Jeno sekilas.

"Ayolah Nono. Nono sayang Nana kan?" Ucapnya

Old Friend | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang