Nine; Apapun untuk Ningning

178 36 3
                                    

Hampir sejam lebih Asahi tidur dengan khidmatnya, cowok itu terbangun dengan tepukan pada pipi tirusnya. Lalu netranya terbuka dan pandangan pertama ketika membuka mata ialah Ningning yang sedang memajukan bibirnya kedepan.

"Mau seblak ka."

Asahi mendudukkan dirinya lalu meregangkan otot-ototnya yang terasa sedikit pegal. "Tiba-tiba banget??"

Kepala sang pacar menggeleng sembari mengangkat kedua bahunya. "Ya gatauuu aku juga ih."

"Yaudah akunya cuci muka dulu." Kata Asahi lalu beranjak kearah kamar mandi.

Pokoknya apapun keinginan Ningning selagi Asahi mampu untuk melakukan, akan di turuti. Tak lama cowok Hamada itu kembali dengan wajah yang lebih segar.

"Mau beli yang dimana?" Tanya Asahi dengan tangan mengelus-elus puncak kepala Ningning.

Telunjuk Ningning ketukan di depan bibir dengan wajah mikir. "Di Bu Fitri aja kali ya? Soalnya kita udah lama ga beli seblak disana ka."

Asahi mengangguk lalu berjalan lebih dulu menunggu Ningning di depan beranda rumah, selagi menunggu Asahi sempatkan untuk membalas pesan grup perkawanannya.

"Ayo."

Dengan cepat keduanya berjalan menuju kendaraan Asahi, sebelum terhenti ketika Ningning tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Naik angkutan umum aja yu kak, kita ga pernah naik angkutan umum berduaan deh. Pengen kaya dilan sama milea."

Asahi memundurkan kepalanya guna kebingungan, random sekali pacarnya ini. "Iya, tapi jangan misuh kalau udah dempet-dempetan sama penumpang lain ya?"

Kepalanya terangguk cepat. "Siap kapten!"

Sepasang kekasih itu berjalan hingga tempat menunggu angkutan umum. Kedua tangan itu saling menggenggam erat bahkan sampai masuk ke dalam angkutan umum. Ningning menepati janji, tidak berceloteh saat berdempetan.

Sampai akhirnya sampai pada warung seblak Bu Fitri. Dengan memesan dua seblak, satu pedas yang pasti milik Ningning dan satunya tidak terlalu pedas milik Asahi.

"Kak, tau kan tadi di samping ku ada anak kecil. Dia kentut, dan ga ada yang sadar selain aku dih."

"Tapikan ga bau yang penting."

"Tapi aku kaget tuh."

"Iya deh. Abis ini kamu mau kemana lagi?"

"Es krim boleh?" Pintanya dengan mata di kedip-kedipkan.

Asahi dengan wajah datarnya menggeleng. "Ga ada es krim, sayang."

Ningning menundukkan kepalanya, berpura-pura sedih. "Tapikan akunya ini pengen es krim, ka Asa kayanya udah ga sayang aku ya?" Lontarannya begitu lirih.

"Aduh, iya boleh tapi satu aja ya?" Kata Asahi dengan lembut sembari mengelus punggung tangan Ningning.

Kepala kembali terangkat. Lalu tersenyum. "Yey, makasiiii ka Asa."












Udah lama ga update di akun ini, terakhir tanggal 14 November tahun lalu, karena sibuk di akun satu lagi + banyak banyak banget tugas. Gatau deh ada yang nunggu atau engga.

Kak AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang