Lagi dan lagi Asahi betul-betul dibuat jengah dengan makhluk yang setiap saat selalu menempel pada Ningning setiap jam istirahat, Asahi terbakar seluruh tubuh rasanya, Ningning menjadi mengalihkan pandangan dari dia.
"Gue liat-liat, ngapain tiga hari ini makan bareng pacar gue mulu?" Tanya Asahi dengan wajah tak bersahabat. Bringas.
"Kakak." Peringatan Ningning. Cewek itu hanya tak ingin Yedam salah paham pada Asahi.
"Oh, meja penuh lagi kak. Lagian Ning juga ga masalah ko." Jawab Yedam tersenyum. Padahal cowok bersuara merdu itu sengaja ke kantin sewaktu penuh.
Asahi menghela nafas, lantas melanjutkan suapan demi suapan dengan kesal. Asahi hanya tak ingin waktunya dengan Ningning itu terganggu oleh siapapun, harus ada dia dan Ningning saja.
Disela suapan, Asahi terus memikirkan cara apa agar Yedam enggan untuk gabung dengan mereka. Cowok berdarah Jepang itu muak. Asahi akan beri pelajaran nanti.
"Kak, ayo aku udah selesai. Malah bengong aja si?" Tegur Ningning melihat pacarnya itu aneh.
Asahi tersadar. "Ah iya. Lho si biang nempel mana?"
"Udah duluan, ada latihan vokal. Kakak ga suka banget sama Yedam ya?"
Lantas Asahi mengangguk dengan cepat. Ningning ini betulan tidak peka ya. "Jangan deket dia, hawanya kaya mau rebut kamu."
Helaan nafas Ningning terdengar. "Ga mungkin, katanya Yedam lagi deket sama kakel di sini."
"Bisa jadi itu alesan aja."
Ningning membekap mulut Asahi. "Udah ah, anterin aku ke kelas. Kuping pegel dengerin ocehan kamu kak."
Asahi merangkul Ningning. Seolah mengatakan kalau cewek itu hanya miliknya, begitupun sebaliknya. Tak boleh ada yang mengambil Ningning dari tangannya.
Asahi ini lama-lama posesif.
"Aku masuk ya?"
"Inget."
"Bawel lo robot." Katanya lalu pergi meninggalkan Asahi dengan hentakan kaki.
Dirinya terkekeh, lalu berbalik arah dengan wajah kembali datar. Senyumnya, hanya untuk Ning.