2. Sekotak Ramen & Kejelasan

76 7 3
                                    

P E R F E C T

P E R F E C T

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2.

"Sekotak Ramen & Kejelasan"

=========================

Helaan napas keberapa kali yang sudah kuhembuskan untuk hari ini? Aku menyeduh sekotak ramen. Lagi dan terdiam selama beberapa saat begitu menyadari sesuatu. Sekotak ramen di depan minimarket. Kenangan itu tidak mau hilang sedikitpun dari ingatanku. Aneh dan aku tidak menyukainya. Setiap kali mengingat hal itu aku selalu merasakan sesak yang tidak biasanya. Bukan sesak yang membuatmu kehilangan napas. Sesak yang lain, aku sendiri bingung bagaimana menggambarkannya.

Aku menggeleng dan menutup ramenku dan menunggunya selama 3 menit. Kusandarkan tubuhku di meja pantry staf Johnnys ini. Untuk beberapa saat menenggelamkan diriku dalam sebuah lamunan yang ternyata mengingatkanku kembali pada sosok lelaki jangkung seusiaku yang saat ini sedang naik daun. Aku teringat sesuatu, sebuah kalimat yang sampai saat ini menggangguku, "Aaa syukurlah kamu menyukaiku~... Jaa, Mau jadi pacarku?"

Aku berdecak mengingatnya. Sejak dia mengatakan itu, dia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Bahkan hubungan kami tidak ada yang berubah. Kami kembali ke kesibukan masing-masing. Dia dengan jadwal padatnya sebagai seorang idol dan aku sebagai staf biasa kantor Johnnys. Semuanya berjalan biasa seakan tidak ada yang terjadi.

"Memang tidak ada yang terjadi, dasar bodoh." Gumamku tanpa kusadari. Hingga aku terkejut kala mendengar ucapanku mendapatkan balasan. "Apa yang tidak terjadi?" Aku kenal betul suara ini. Kepalaku mendongak dan menemukan sosok yang sedang memenuhi kepalaku, sudah berdiri di sebelahku tengah menuang air panas ke dalam kotak ramennya. Sepasang matanya menatapku lamat-lamat. Aku memalingkan wajahku namun terurungkan kala menyadari bahwa kotak ramennya sudah penuh dengan air panas dan sebentar lagi akan keluar dari tempatnya membuatku memasang tatapan horror. Aku langsung menarik tangannya menjauh dari dispenser dan mengakibatkan tumpahan air panas mengenai tanganku.

Aku menahan ringisanku dalam hati. Michieda terlihat panik dan mencoba menoleh kesana kemari untuk mencari sesuatu yang bisa mengeringkan tanganku. Tapi aku menahannya. "Gak apa-apa. Cuma air panas." Aku mengibaskan tanganku dan mengambil sapu tangan dari celana bahanku, mengeringkan tanganku dengan perlahan. "Tapi, biar air panas, pasti sakit, kan!" ujar lelaki bernama lengkap Michieda Shunsuke ini. Aku menghembuskan napas dan menggeleng. "Hanya air panas, Michieda-san!"

Aku mengerjapkan mata saat Michieda menarikku untuk duduk di kursi meja makan di ruang makan khusus staf Johnnys ini. Dia berlutut di depanku dan menarik tanganku, didekatkan bibirnya kearah tanganku yang terkena air panas tadi. Aku merasakan hembusan angin di tanganku yang sempat merasakan perih. Wajahku menghangat. "Kau tahu," Michieda bergeming saat aku mencoba berbicara. "itu tidak mem-"

"Tapi, setidaknya mendinginkan, bukan?" Aku menghembuskan napas. "napasmu tidak seperti Elsa, Michieda-san." Aku mencibir dan Michi malah tertawa. "Kalau aku Elsa, aku akan menghindari air panas supaya tidak meleleh." Kutatap Michieda yang menyunggingkan senyum kearahku. Aku mendengkus. "Itu Olaf, bodoh." Ejekku.

Tawa Michieda terdengar sekali lagi. Aku memalingkan wajah lagi, kali ini mencoba menetralisir detakan jantungku yang tidak bisa santai. Tapi, semakin cepat kala aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh kulit tanganku yang sempat perih dan sakit tadi. Sudah bisa kupastikan wajahku memerah saat ini, melihat Michieda yang mencium tanganku. Aku langsung menarik tanganku yang ada di genggamannya dan beranjak, hendak meninggalkannya disana kala dia menghentikan langkahku kembali.

"Bukankah kita berpacaran?"

Aku mendongak, tanpa sadar menahan napasku. Kugigit bibir bawahku. "Apakah kau selalu begini pada orang yang bilang suka padamu?" Tidak ada jawaban. Aku menarik napas dan menoleh kearahnya. Kulihat Michieda menatapku lurus dengan kedua matanya yang menatapku sedih.

"Tidak.... Aku hanya bilang begitu pada orang yang kusukai."

Kali ini aku yang terdiam.

Kali ini aku yang terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] • P e r f e c t •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang