P E R F E C T
10.
"Masa Lalu"
"Aku kehilangan orangtua dan adikku karena kembang api..." Kulihat Shun melebarkan matanya, terkejut dengan ucapanku.Kejadiannya sudah 6 tahun yang lalu, waktu itu musim panas aku baru pulang dari kegiatan klub. Aku sudah membayangkan akan pergi ke festival bersama keluargaku waktu itu, tapi saat aku sampai di rumah aku mendapati rumahku terbakar. Apinya merah dan besar, seperti ada makhluk lain disana yang sedang melahap tempatku berlindung bersama keluargaku. Kutanya pada orang-orang disana, apakah orangtua dan adikku ada di dalam, jawaban mereka tidak pernah membuatku lega. Aku ingin menyusul mereka, aku tidak mau ditinggal sendiri saat itu. Aku belum siap untuk dilepas di dunia yang kejam. Akhirnya semuanya lenyap menjadi abu, tidak ada yang tersisa. Aku nyaris tidak bisa mengenali jasad keluargaku. Penyebabnya? "Kembang api... Seorang anak kecil memainkan kembang api tanpa pengawasan orang dewasa di dekat rumahku, kembang api yang besar." Aku menarik napas, sesak itu datang lagi. Aku menunduk. Namun, kurasakan Shun menempelkan keningnya padaku dan mengusap pipiku. Kugigit bibir bawahku. "Aku ingin melupakannya... Tapi, tidak bisa," bisa kurasakan suaraku bergetar. "Padahal kembang api itu indah... aku malah tidak bisa menikmatinya lagi." Karena kejadian itu aku divonis oleh psikiater alami PTSD.
"Itu alasan sebenarnya malam itu kamu gak sengaja telepon aku?" Tanya Shun, aku memutar ingatanku dan tersenyum masam. Kepalaku mengangguk. Shun menghembuskan napasnya. Dia menatapku selama beberapa saat dengan tatapannya yang sedih dan lembut. "Waktu itu ada suara kembang api dari unit sebelah, meski hanya kembang api bunga yang kecil rasanya aku tidak bisa menghilangkan rasa takutku setiap kali mendengar suara kembang api dinyalakan."
Kedua mataku mengerjap kala merasakan Shun mengeratkan pelukannya, samar-samar kurasakan isakkan pelan. Keningku berkerut dan aku membalas pelukannya, menepuk punggungnya pelan. "Shun...?"
"Doraemon masih punya mesin waktu gak ya..." gumam Shun yang membuatku terdiam selama beberapa saat. Tak lama, aku terkekeh. "Aneh-aneh aja, ah," kataku, menepuk pelan punggungnya. "aku sedang mencoba berdamai dengan masa lalu itu. Tenang saja." Lanjutku. Shun melepas pelukannya dan menatapku, kedua matanya basah. "Tapi, kamu gak baik-baik aja, Keiko!" Ujarnya, terdengar marah. Aku tersenyum, menunduk dan mencium kelopak matanya. Melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan tadi padaku. "I'm okay now, Shun."
"Tapi gimana kalo nanti?"
"Aku punya kamu, 'kan?"
Dia terdiam. Aku bisa melihat telinganya yang memerah. "Ya. I have you too... We have a lot time to spend together, right..."
Malam itu, kami menghabiskan waktu bersama hanya dengan saling memeluk satu sama lain. Shun tidak mau melepaskan pelukannya dan kami berakhir tidur bersama diatas sofa. Tidak menduga bahwa pagi harinya akan merasakan rasa pegal yang luar biasa.
Hai. Btw, tenang, mereka gak ngapa-ngapain kok. Cuma tidur aja. Hihihihihihi.
See you. Xx
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] • P e r f e c t •
FanfictionKisah cinta di dunia hiburan memang tidak selalu berjalan mulus. Dia mungkin bukan lelaki yang bisa kukenalkan pada ibu dan ayahku. Bukan lelaki yang bisa leluasa membuat janji temu dengan kesayangannya tanpa takut dilihat orang-orang. Michieda Shu...