27. You did well, Zora

391 31 2
                                    

Satu hari berlalu, keadaan hati Zora udah mulai mendingan. Zora udah bisa nerima kenyataan, walau di hatinya masih ada rasa nggak percaya. Dia pikir udah nggak bakal ketemu Kakaknya, mulai dari wajah yang pasti berubah, suara, atau yang lain pun. Tapi kenyataannya, mereka dipertemukan kembali di usia yang udah cukup dewasa. Ternyata Dokter Ryan masih bisa ngenalin muka Zora.

Rei udah denger penjelasan dari Zora dan dari dokter Ryan langsung. Rei juga nggak percaya, tapi dokter Ryan ngasih bukti foto dia sama Zora waktu masih kecil. Rei juga sadar, dia inget waktu dia notice tatapan dokter Ryan ke Zora itu lain. Dalam artian bukan karna dokter Ryan naksir Zora, tapi emang mereka berdua saudara kandung.

Sekarang udah ada Rei sama dokter Ryan di ruangan Zora. Mereka bertiga lagi ngobrol. Dokter Ryan mulai nanya gimana kehidupan Zora selama mereka pisah. Zora cerita apa adanya, rasa sedih, kecewa yang dia rasain semua dia kasih tau ke dokter Ryan.

"Mama udah nggak ada, Kak." Kata Zora.

Dokter Ryan senyum, trus ngangguk pelan. "Iya, Kakak tau. Pas Kakak denger kabar Mama meninggal, Kakak kepikiran kamu."

"Aku dititipin ke Mama Dellin, mereka rawat aku kayak anak mereka sendiri. Aku nggak habis pikir, keluarga kayak orang lain, tapi orang lain kayak keluarga."

"Ra.." Rei nyentuh tangan Zora, ngasih isyarat biar nggak ngomong yang aneh-aneh. Rei tau Zora masih keinget yang dulu, makanya omongannya sedikit kasar.

Dokter Ryan cuma senyum nanggepin Zora. Dia nggak mau ngomongin yang lebih jauh, nanti Zora malah makin sinis.

Zora nggak peduli, dia masih inget waktu dia sama Mama pergi dari rumah. Dia yang masih kecil pas itu nggak ngerti apa-apa soal cerai. Makanya dia cuma ngikutin alur hidupnya sampe akhirnya dia tau kalo Mamanya meninggal karna sakit parah. Ditambah itu alesan Mama sama Papa cerai. Zora sebel. Kenapa dia harus punya keluarga yang nggak utuh? Bahkan dia nggak ngerasain gimana rasanya ada di keluarga yang harmonis. Sampe besar pun dia hidup di keluarga orang lain. Dia iri, dia mau juga punya keluarga yang utuh, harmonis, nyaksiin dia besar kayak sekarang.

"Papa mau ketemu kamu secepatnya -"

"Nggak mau."

"Kenapa? Papa cuma mau ketemu kamu, kok." Kata dokter Ryan.

"Kalo aku nggak mau?"

Dokter Ryan natap Zora dingin, ini baru pertama kalinya Zora ngeliat tatapan Kakaknya pake tatapan tajem. Dokter Ryan pasti nggak suka sama omongannya.

"Kak, jangan dipaksain." Bisik Rei mecahin suasana dingin antara Zora sama dokter Ryan.

Dokter Ryan natap jam tangannya, dia hela napas. "Lo di sini, kan? Kakak mau cek pasien lain."

Rei ngangguk, "iya gue di sini,"

"Kalo ada apa-apa, telpon Kakak langsung."

Dokter Ryan keluar ruangan. Sekarang tinggal Rei sama Zora yang lagi diem-dieman. Rei ngubah posisi jadi duduk di ranjang. Natap Zora yang lagi gigitin bibir.

Rei ngusap bibir Zora pake ibu jarinya, biar Zora nggak terus-terusan gigitin bibir kalo ada di suasana kayak tadi.

"Ra, kamu nggak boleh gitu, loh."

Zora natap Rei, "kenapa?"

"Dia kan Kakak kamu, Papa kamu juga mau ketemu masa nggak mau?"

"Ya trus?"

"Jangan kayak gitu,"

"Trus harus gimana?"

"Mereka itu keluarga kamu-"

[II] 𝐀𝐥𝐰𝐚𝐲𝐬 𝐎𝐙𝐎𝐑𝐄𝐈 [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang