Semua anak pasti menginginkan kasih sayang dan cinta dari orang tua mereka, apa lagi waktu untuk bersama-sama. Namun terkadang tidak semua orang tua bisa memberikan hal itu, mereka terkadang disibukkan dengan kesibukan masing-masing hingga lupa kalau mereka punya anak. Sama halnya dengan aza yang selalu di abaikan oleh orang tuanya, sejak kecil ia hidup dan ditemani oleh mbok depi. Tangis tawanya sudah sangatlah di hapal mbok Depi bahkan ia sempat mengklaim bahwa mbok Depi adalah ibu kandungnya.
Aza terbangun dari tidurnya, matanya langsung di pertemukan dengan mata sedu sang ibunda. Bolehkah aza marah dan meminta ibunya keluar? Aza tak mau ada perempuan ini di dalam ruangannya!.
"Aza udah bangun nak? Gimana keadaannya udah lebih baik kan? Aza, apa yang udah kamu lakukan adalah hal yang salah, itu salah besar nak. Kamu sudah mengonsumsi obat di waktu yang bersamaan itu tidak baik?! Organ didalam tubuh kamu bisa rusak bahkan yang fatalnya kamu bisa meninggal dunia?!" Ujar Anna dengan tangisan kecilnya.
"Mama marah sama kelakuan aza? Oke gapapa, aza emang salah tapi boleh enggak aza juga marah sama mama dan papah yang enggak pernah sayang sama aza? Boleh enggak?" Balas aza sambil menatap mata sang bunda diiringi air matanya.
"Za! Mama selalu sayang sama kamu, mama dan papah punya cara tersendiri untuk masing-masing anak! Mama dan papah selalu sedia dan setia di samping kamu! Contohnya aja sekarang, kami berdua bisa bawa kamu ke rumah sakit dan menemani kamu sampai bangun kan? Itu namanya rasa sayang kita ke kamu" marah Anna, merasa bahwa ia sudah memberikan semuanya namun aza nya saja yang banyak mau.
"AZA ENGGAK PERNAH DAPETIN ITU SEMUA! KALIAN CUMAN DATANG DAN MEMBERIKAN PERHATIAN SAMA AKU KETIKA AKU MASUK RUMAH SAKIT SAJA?! KALIAN BUKAN ORANG TUA YANG BENAR!!!!" Teriak aza dengan segala kekesalannya dan amarah yang selalu ia pendam.
"Ada apa ini?" Ucap Carles langsung masuk ke dalam ruangan saat ada suara keributan di ruangan anaknya.
"Keluar! Aza mau sendirian aja" Ujar aza sembari menghapus air matanya dan membuang muka tak mampu menatap mata mamanya dan papahnya. Aza bukan anak kecil lagi, yang ketika dikatakan ini kasih sayang langsung menganggap itu benar kasih sayang, dia sudah besar, dan dia tau mana yang kasih sayang mana yang kasihan.
"Mama kecewa sama kamu, za" Ucap Anna langsung berlari meninggalkan ruangan aza sedangkan Carles langsung melemparkan tatapan benci kepada aza. Ia langsung membanting kencang pintu rumah sakit lalu pergi meninggalkan rungan menyusul Anna.
Aza langsung memegang dadanya karna terkejut dengan bantingan pintu sang nya. Ia menangis, merasakan sesak yang mendalam di dadanya. Aza benci keadaan dimana ia tak meninggalkan dunia, padahal ia sudah yakin ia akan meninggal namun kenyataan berkata lain, Tuhan masih memberikan dirinya waktu di dunia ini.
Dokter yang tadi memeriksa aza kembali datang ke dalam ruangan. Ia ingin mengecek keadaan aza karna katanya aza sudah bangun. Aza langsung menghapus air matanya, dan menatap dokter tersebut yang kini sedang memeriksa sesuatu hal.
"Gimana masih ada yang terasa sakit? Atau sudah kembali normal dan tidak merasakan apapun?" Tanya sang dokter menatap mata indah aza.
"Keadaan saya sudah membaik, dan saya merasa lebih lega sekarang"
"Baguslah kalau gitu, itu namanya kamu tidak perlu melakukan rawat inap. Saya cuman meminta sama kamu untuk tidak melakukan hal ini yang kedua kalinya, karna Tuhan masih baik sama kamu, dia masih membiarkan kamu hidup di dunia ini" Balas sang dokter, tersenyum.
"Hmm"
"Saya tau anda memiliki banyak beban di pikiran anda tapi sialnya anda tidak menyelesaikan masalah itu. Saya tau kalau keadaan anda sedang jauh dari kata baik, mental anda sudah terganggu oleh banyaknya masalah yang tak kunjung selesai. Dipikiran anda pasti selalu mengatakan pergi padahal hati anda mengatakan bertahan, namun kamu memilih pemikiran pikiran kamu, gapapa. Masih ada waktu untuk membangun masa depan yang penuh warna dan kebahagiaan" Ucapan semangat dari sang dokter mampu membuat aza tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILTED FLOWER
RomanceTentang sebuah keluarga besar yang selalu di pandang harmonis namun kenyataannya tidak sama sekali. Anna adalah seorang ibu yang selalu merasa bersalah karna tak mampu membawa anak-anak nya jalan ke jalan yang benar. Anak-anak yang terjun ke dalam p...