☀️AlRa-07☀️

21.3K 3.4K 112
                                    

Hai kaliaaaan, gimana ujiannya? Atau gimana ulangannya? Lancar?

Ayo semua tekan vote dan ramaikan komeeeeeeen.

~~~~~~

Haira menaikan sebelah alisnya, dia melihat wanita yang kemarin ada di Rumah sakit itu, kini ada di sebrang jalan.

Firasat Haira sedikit tak enak, terlebih disekitar wanita itu banyak roh-roh jahat yang sedikit gelap.

"Ini yang gue malesin, pasti ada aja yang terjadi." Haira berdoa sejenak, dia melirik ke arah Jamal yang ada disebelahnya.

"Mal, deketin ibu itu. Usir yang gelap aja." bisiknya tenang.

Jamal mengangguk patuh, dia berjalan dengan tenang melewati jalanan yang ramai dan padat.

"Rehan, usir yang yang paling gelap." bisik Haira lagi pada Rehan yang langsung tersenyum riang.

Dia berlari riang mengikuti Jamal, dia selalu bahagia jika Haira memintanya sesuatu. "Aku disini aja." tutur Tio.

Dan diangguki Haikal. "Yah, terserah kalian." gumam Haira.

Haira menanti, melihat Jamal dan Rehan yang kini tengah sibuk mengusir dan menghajar roh-roh gelap itu.

Tapi ya, nampaknya percuma.

"Sial." desis Haira panik, Jamal dan Rehan tak bisa mengusir semuanya.

Saat lampu sudah berganti merah dan wanita itu hendak menyebrang, Haira melihat dari arah kiri wanita itu mobil melaju kencang.

Tanpa memperdulikan sekitar, Haira berlari menuju wanita itu.

"TANTE AWAS!" teriak Haira dan langsung mendorong tubuh wanita tadi mundur.

WUSHHH!!

BRAK!

Haira meringis kuat, dia menahan tubuh wanita itu dan membiarkan wanita itu ada diatasnya.

Kepala Haira kepentok trotoar. "Allahu Akbar! Nak maafkan saya, astaga nak!?" panik wanita tadi.

Haira tertawa pelan, dia bangun saat wanita itu bangkit dari tubuh Haira.

"Gak papa Tante." ujar Haira ramah.

Gak mungkin Haira mengeluarkan sifat dinginnya di depan seorang ibu dan wanita.

"Kepala kamu berdarah! Ayo kita ke rumah sakit!" seru Dira panik.

Haira terkekeh pelan, dia ikut saja saat wanita itu menariknya menuju rumah sakit yang tak jauh dari mereka.

Haira hanya tertawa, apalagi saat 4 teman ghaibnya menangis melihat Haira berdarah.

"Jamal gak berguna..hiks..maafin Jamal maaf.."

"Huhuuu Hairaaaaa huaaaaaa jangan  nyusul kami duluu huaaaaa."

"Astaga..hiks..berdarah."

"Tio gak becus..hiks.."

Lebay banget mereka sih.

.....

Alena rela meninggalkan Aman demi ke rumah sakit dimana Haira dirawat, wanita itu takut dan trauma.

Dia takut anaknya yang ini akan bernasib sama seperti abangnya.

"Astaga Haira, mama panik nak."

Haira tertawa pelan, dia memeluk Mama nya erat. "Tadi Haira nolong tante itu, untung sempat." ceplosnya begitu saja.

Alena menepuk pelan paha Alena.

"Lain kali hati-hati."

"Iya Mama."

Dira nampaknya ragu untuk masuk, tapi dia tak mungkin tak berterima kasih.

"Permisi, saya yang tadi ditolong Haira. Saya berterima kasih dan maaf karena saya kamu jadi masuk rumah sakit." ujarnya pelan.

Alena dan Haira mengibas pelan.

"Santai aja mbak, anak saya baik-baik aja berarti gak masalah." cetus Alena.

Haira mengangguk. "Kalau butuh sesuatu, saya bakalan bantu. Ini kartu pengenal saya." Dira memberikan kartu pengenalnya pada Haira.

Haira sedikit kaget, bukan apa.

"Wah, wajah tante mirip sama temen saya." cetus Haira.

"Oh ya? Siapa?"

"Itu, namanya Alam Banyu Biantara."

Dira tersenyum mendengarnya.

"Kamu temennya Alam? Wahh makasih ya mau temenan sama anak tante."

Haira tertawa pelan. "Alam nya mana tante?" tanya Haira.

Saat Dira hendak menjawab, dokter masuk.

Jadi jawaban itu tertahan ditenggorokannya begitu saja.

Haira sendiri juga lupa menanyakan hal itu pada Tante Dira lagi.

Tapi yah sudahlah.

🕶☀️🕶

Bersambung😾

Alam Haira [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang