☀️AlRa-25☀️

14.4K 2.5K 94
                                    

Hai kalian, Ryn disini.

Tekan vote dan tembuskan 100 komen baru up lagi, btw ini mentok di chapter 30 yg berarti 5 chap lagi selesai.

~~~~~

Seisi kelas agak panas ya melihat interaksi Alam dan Haira siang ini, aura-aura merah jambu terlihat disekeliling mereka.

"Imut banget sih." gemas Haira sembari mengelus pipi gembul Alam bagian kanan.

Alam menahan debar jantungnya yang menggila, dia menutup wajahnya dengan telapak tangan, berusaha menutupi rona diwajah indahnya.

"Udah Haira, Alam malu." cicitnya sembari mengintip dari sela telapak tangannya.

Haira menahan teriakan nya yang kapan saja bisa keluar. "Ehem, maaf tapi, yang di kelas bukan cuma lo berdua." celetuk Niswa, bendahara kelas.

"Bener ih, kalau mau pacaran ya jangan disini. Kasian Alwan tuh pundung dipojokan." cetus Klairin sembari menunjuk cowok ber sweater putih dipojok kelas.

"Gue gak pundung!!" solot Alwan tak terima.

"Ya selo dong!" balas Klairin ikut nge gas.

Haira abai, dia masih asik cubit-cubit pipi Alam. "Kalian, bisa tenang sedikit." mereka menatap kearah Guru Bahasa Indonesia bernama Buk Alina.

Mereka langsung terdiam. "Nanti, pulang sekolah jalan yuk." bisik Haira.

"Jalan ke mana?"

"Ke Taman, mau gak?"

Alam menunduk, sejujurnya dia takut tempat ramai seperti taman, itu membuatnya sesak dan pusing disaat yang bersamaan.

Melihat kekasih nya hanya diam, Haira mengelus rambut halus Alam perlahan. "Sayang?" Alam tersentak.

Dia tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan. "Iyaudah."

"Manis banget sih."

"Iih, udah Hairaaaa."

"Pacar siapaa ini? Kok gemoy?"

"Pacar Haira dong."

"Aish bayik!"

Alina menghela napas panjang, dia jadi kangen pak suami kalau gini caranya.

...

"Haira!" gadis itu langsung berhenti melangkah, dia baru keluar dari kamar mandi dan Aro baru saja memanggilnya.

Sebelah alis Haira naik. "Apaan?" tanya nya datar.

Aro tersenyum tipis. "Aku gak ada maksud apa-apa, aku cuma mau kamu kasih ini ke Alam." Aro memberikan sebuah kotak persegi kecil.

Haira menatapnya ragu. "Apaan tuh? Kok auranya hijau?" cetus Haira.

Aro terkekeh pelan, dia membuka kan isi kotak itu dan ternyata isinga gelang ukiran nama. "Ini buat lo sama Alam, biar saudara gue gak bisa deketin kalian berdua."

"Aa, i see. Thanks. Gue terima."

"Habis ini, gue mau pergi."

"Loh? Kemana?"

Aro tersenyum sendu. "Ke luar kota, orang tua gue pindah kesana." jawabnya tenang.

"Eum, okey. Semoga di rumah baru lo nanti, lo baik-baik aja." Haira juga gak liat saudaranya dan saudara Aro.

Kemana kira-kira mereka ya, aneh sekali dirasa.

"Gue ke kelas dulu."

Aro mengangguk dengan senyum yang masih terpatri diwajahnya, senyum..yang siapapun tak tau makna dibalik senyum nya itu.

Haira kembali ke kelas, ini agak janggal tapi Haira sendiri gatau apa yang janggal dari semua ini.

"Adek!"

Haira menahan bibirnya untuk tidak memaki Haikal yang baru muncul di depan wajahnya tiba-tiba.

"Apa bang?" tanya nya pelan.

Haikal nampak panik. "Itu, si Alam di bully lagi! Tapi di gudang belakang!!"

Haira melotot tak percaya, baru 15 menit ditinggal, udah ada aja masalah yang Alam dapat.

Haira berlari cepat menuju gudang belakang, apa lagi yang mau mereka lakukan pada Alam.

....

Alam menangis meratapi helaian rambutnya yang sudah mereka potong berantakan. "Lo tuh kenapa gak mati aja?" tanya Lista sinis.

Dia dan seisi kelas benci pada Alam, kenapa Alam harus hidup.

"Hiks.." Alam gabisa berkata banyak, ini hal yang dia takuti dari semua hal di sekolah. Pembully an akan dia dapatkan lagi.

"Tau, lo tuh kegatelan banget gue rasa, masih jadi hantu aja udah mau nempeli Haira, sasimo." cibir Bella.

Bagaimana Bella tau? Ya soalnya kan Haira dari awal datang ke sekolah udah nyebut nama Alam padahal Alam sendiri masih koma.

Bukankah itu pasti rohnya.

Alam tak berani melawan, ditambah tubuhnya memang lemah dan tak bisa berkelahi sama sekali.

Brak!!

"Anak anjing!" semua berbalik bersamaan, Haira nampak sangat emosi.

Wajahnya merah padam dengan kepalan tangan yang terliat menguat.

"Lo semua, berurusan sama gue." desis Haira.

Mereka menggeleng kuat, belum juga Haira hantam mereka ber 7 sudah lari dari gudang. Meninggalkan Alam yang menangis pilu menutupi kepalanya.

"Cih, gue tandai lo semua." bisik Haira dingin.

"Bang."

"Iya sayang?" Jamal dan yang lain sudah siap dengan permintaan Haira kali ini.

"Buat mereka gila bang."

Jamal menyeringai, disusul Rehan dan Haikal. Ini pekerjaan yang asik, karena mereka mengikuti emosi Haira, maka saat Haira marah mereka juga marah.

Jamal dan yang lain menghilang, Haira sendiri langsung melepaskan jaketnya dan menutupi rambut Alam.

Banyan bagian cobel, nanti bisa dirapihkan di salon.

"Sst, jangan nangis." bisik Haira sembari memeluk Alam erat.

"Hiks..takut.." isakan lirih itu menyayat hati Haira.

Mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal untuk hal ini, lihat saja.

🕶☀️🕶

Bersambung🐤

Alam Haira [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang