Jam istirahat kali ini Agnata Bila Winajaya memutuskan untuk tidak keluar kelas. Karena rasa semangat dan teringat banyak sekali tugas yang harus diselesaikan lebih baik mulai sekarang ia mengerjakan sedikit demi sedikit. Daripada nanti dipanggil oleh tantenya ke ruang BK, bisa-bisa kupingnya pegal mendengarkan ceramahan.
"Beli dulu makanan buat lo ya Nat" pamit Toto, menarik lengan Clana supaya ikut dengannya.
Clana yang ditarik sempat tersenyum pada Nata "Semangat, ayo enggak usah malas, dah..."
Beberapa menit dari kepergian mereka sorot mata Nata menyapu sekitar. Kelas ini sudah tidak ada penghuni, yakni hanya dirinya sendiri tengah bergelut dengan buku paket tebal. Jari jemari lentik Nata menunjuk buku di hadapannya, membaca lalu menyalin ke dalam buku catatannya.
"Sayang" panggil seseorang di ambang pintu.
Telinga Nata masih berfungsi baik tapi ia enggan untuk menjawab. Otaknya benar-benar harus fokus.
"Agnata!" Kali ini suara itu agak keras.
Nata pun menoleh ke arah cowok tersebut. Di sana menampakan wajah sang adik tersenyum manis, terlihat di tangannya menjinjing sebuah tote bag berisi cemilan dan botol air. Kehadiran Aga pasti diperintah oleh Toto untuk memberikan makanan karena dia memanfaatkan situasi saat ini bisa berduaan di kantin bersama Clana.
"Enggak sopan panggil nama." Nata memperhatikan Aga berjalan mendekatinya.
"Lo juga sering ke bang Dirga pake nama doang" balas Aga seraya menunjukan smirknya. Aga menaruh tote bag di atas meja, setelahnya terduduk di kursi depan Nata, menghadap kebelakang. Memperhatikan kakaknya menulis.
Berhasil menimbulkan bunyi. "Ish, diem" sinis Nata saat Aga mengutak-atik wadah pensilnya.
"Tulisan lo jelek banget, kalo dibandingin bagusan tulisan gue deh." Karena tidak ada jawaban dari sang kakak. Aga beralih menarik ponsel dari saku kemejanya kemudian memainkan lalu iseng memotret Nata yang sedang menulis.
Nata masih bersikap acuh tak acuh. Melayani adiknya bakalan menguras waktu.
"Deket lagi sama Syamba yah?"
"Enggak" jawab Nata cepat.
Aga menaruh ponsel di meja lalu mencekal lengan Nata, hal itu mampu memberhantikan pergerakannya tengah menulis, alhasil Nata dibuat dongkol olehnya. Sebelum Nata menepis tangan Aga mereka saling lirik untuk beberapa detik.
"Terus kemarin kenapa pake nyamperin kerumah segala. Dia nyampein sesuatu pasti" asumsi Aga membuat Nata menghembuskan napas pelan, sangat sebal rasanya jika harus melayani adiknya ini.
Merebut pensil semula direbut Aga lalu kembali menulis. "Bukan urusan lo Arsyaga Winajaya" tekan Nata.
Aga hanya mengedikan bahu mengubur kekepoannya, berusaha tidak peduli lagi. "Yaudah kalo enggak mau cerita, mendingan nonton yang lagi dihukum deh dari pada di sini nanya dijawabnya ketus"
"Unfaedah. Udah sana jangan ganggu" usir Nata dan Aga malah menarik lengan kakaknya itu.
"Lu juga ikut dong, cantik. Belajar mulu pinter kagak bego iya"
•••
Dari kejauhan Nata memperhatikan. Membiarkan cowok berkemeja putih yang kini berdiri disampingnya menatap penuh tanda tanya.
Di pinggir lapangan lah Nata dan Aga sekarang. Menontoni Teza dan ketiga temannya tengah menjalankan hukuman di lapangan sana.
Nata hanya bisa pasrah saat ditarik oleh adiknya, toh tenaga Aga lebih besar dari tenaganya.
![](https://img.wattpad.com/cover/205356770-288-k543336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NATARO HITAM PUTIH [ON GOING]
Teen FictionTeza Ronald, coba-coba masuk ke kehidupan Nata memunculkan tantangan baru untuknya. Nata, si cantik pencinta musik berkepribadian-entahlah. Hidup yang seolah tidak punya aturan membuatnya bebas sendiri. Tidak suka basa-basi dan tak suka urusannya di...