Mencari orang yang tak mau dicari, rasanya lelah sendiri. —Teza Ronald
Cowok berbalut Hoodie itu sekarang duduk di samping kemudi, ia berkali-kali memukul-mukul pahanya. Tidak kencang, namun kepalan tangannya yang mengeras hingga menonjolkan urat-uratnya mampu membuat orang lain tahu bahwa ia sedang marah. Dirga, Marah pada dirinya sendiri.
Wajahnya tampak memunculkan guratan gelisah dan kelelahan. Sehingga cowok yang sedang menyetir sedaritadi memperhatikannya jadi iba dan kasihan kepadanya. Di kursi belakang ada empat cowok sedang tertidur pulas dan satu cowok tengah sibuk mengutak-atik ponsel.
Mobil yang mula berjalan di bawah rata-rata, kini di berhentikan di pinggir jalan yang dipadati perkebunan teh sekelilingnya. Mungkin, untuk istirahat sebentar sembari menghirup udara segar perkebunan pagi hari ini, bisa menenangkan sedikit pikiran Dirga.
Dirga menoleh kearah si kemudi yang juga tengah menoleh ke arahnya.
"Ngapain berhenti? Lanjut Tez" Dirga menggosok wajah oleh punggung tangannya dengan kasar. "Kalo Nata belum ketemu, gue belum tenang" katanya.
"Istirahat dulu Bang." Teza membuka pintu mobil, lalu keluar dari mobil mewah milik Dirga tersebut. Guna merenggangkan otot-ototnya setelah menyetir semalaman berkeliling kota Bandung. Mencari orang yang tak mau dicari, rasanya lelah sendiri.
Dirga ikut keluar dari mobil. Cowok bernama Ringgo yang sedang memainkan ponsel di belakang juga ikut keluar. Ketiga cowok itu pun kini berdiri di depan mobil.
Udara sejuk khas perkebunan seolah menyambut kedatangannya. Perkebunan teh hijau di depan sana melukis bola mata Dirga.
Dirga memandang kosong ke depan. Sudah frustasi rasanya mencari adik kandungnya yang sudah seminggu pergi dari rumah entah kemana. Amarah dalam tubuhnya kini sudah meluap, ingin sekali ia keluarkan sekarang. Tangannya terus diremas kuat-kuat.
"Gue jadi Abang gak guna banget yah?" Tanya Dirga pada dirinya sendiri. Ia bergumam tapi masih terdengar oleh dua cowok di sampingnya.
Ringgo menepuk bahu Dirga menenangkan. "Lo udah berusaha nyari dia kemana-mana Bang. Sampai sekarang pun jauh-jauh kita ke Bandung, buat apa coba? Nyari dia kan?!"
"Dia cuma butuh waktu buat menyendiri" sahut Teza.
Dirga menghela napas berat, lalu berucap "Nata gak suka di kasarin, itu sebabnya dia minggat dari rumah. Nenek gue emang gak suka di saring kalo ngomong."
Dirga meninju udara di depannya. Kalau saja tinjuan keras itu mendarat di pipi, sudah pasti akan habis lebam-lebam. Harusnya sekarang Dirga masih berada di luar pulau acara kampus. Karena informasi dari orang rumah, tentang perginya Nata. Membuatnya harus pulang saat itu juga. Menurut Dirga, masalah adiknya ini lebih penting dibanding acaranya itu.
"Tez sorry gue ngerepotin lo semua. Seminggu full ini waktu lo udah dibuang cuma-cuma. Makasih. Gak ngerti lagi gue sama lo semua, emang baik banget udah mau cape-cape nyari Nata" ucap Dirga tulus. Dirga benar-benar lelah sekarang. Adiknya itu membuatnya pusing sendiri.
"Kayak sama siapa aja. Nyantai aja lah, kita cari adik lo sampe ketemu" balas Teza.
"Kapanpun lo butuh bantuan kita. Kita siap bantu kok. Nata juga temen kita, gak mungkin kita ngebiarin dia pergi ninggalin masalah gitu aja" timpal Ringgo.
"Sekarang kita pulang ke Jakarta. Lo semua harus masuk sekolah" sekilas Dirga melirik arloji yang melingkar di tangan kanannya. "Dua jam sampe di Jakarta. Kalian bisa masuk kelas sekitar jam pertama, kedua"
"Percuma, gak mungkin bisa masuk. Guru piketnya Pa Yanto" keluh Ringgo.
"Gampang Go. Nanti gue telepon bu Nenda, biar dia yang atasin." Perkataan Dirga membuat Ringgo manggut-manggut mengerti.
"WOI, RINGGO. LO KALO KELUAR, PINTU MOBILNYA TUTUP LAGI KEK. GUE KEDINGINAN." Teriakan dari arah mobil sontak membuat Teza, Dirga, dan Ringgo menoleh ke arah Toto yang tengah berdiri memperlihatkan wajah bantalnya.
"Berisik lo. Lagi serius nih" desis Ringgo.
"Si Evano, Gavin, Kresna bangunin. Lo bertiga perasaan kerjanya tidur mulu." Ucap Teza.
Sebelum Toto berjalan mendekat ke arah ketiga cowok itu, ia terlebih dahulu membangunkan ketiga manusia yang tengah tertidur di dalam mobil.
Kini Toto menguap seraya menggeliat layaknya orang baru bangun tidur. Sorot matanya menerawang jauh ke depan. Kedua tangannya di renggangkan seperti pemanasan akan dilaksanakan olahraga.
"Seger banget. Euh mantap" ucap Toto sembari menghirup udara dalam-dalam.
Sepupu Teza itu saking menikmati udara segar perkebunan, sampai-sampai lupa bahwa ada informasi penting yang harus ia sampaikan kepada Dirga.
Toto menoleh ke arah Dirga. "Bang, barusan Aga telepon gue. Nata katanya udah pulang tadi, sekitar jam satu malam." Berita Toto membuat Dirga, Teza, Ringgo serta Evano, Kresna dan Gavin yang masih duduk malas-malasan di mobil langsung saja berseru bersyukur bermimik wajah legah.
Pulang juga tu anak. Ngerepotin orang aja. Itulah kata-kata yang ada di batin Teza sekarang.
• kalo banyak typo, maklum pemula ^^
• Moon maaf dengan tulisan yang terkesan ribet dan berbelit-belit.
• Aku butuh kritik dan saran, readers silahkan tulis di kolom komentar.• Jangan lupa Share, vote dan komen nya, di tunggu... Sudah? Makasih. Kalau berkenan Follow juga hehe
Semoga kalian suka.. Aamiin..
• Berteman yuk! Follow akun instagramku @brilintan

KAMU SEDANG MEMBACA
NATARO HITAM PUTIH [ON GOING]
Teen FictionTeza Ronald, coba-coba masuk ke kehidupan Nata memunculkan tantangan baru untuknya. Nata, si cantik pencinta musik berkepribadian-entahlah. Hidup yang seolah tidak punya aturan membuatnya bebas sendiri. Tidak suka basa-basi dan tak suka urusannya di...