15•Kenyamanan

47 3 0
                                    

Jalani sama yang pasti. Jangan pikirin orang yang sama sekali gak mikirin kamu.

•••

Meninggalkan rumah Nata adalah solusinya. Teza membawa Nata pergi begitu saja.

Hal yang tidak diduga. Nata pikir Teza akan membanya kemana, tahunya membawanya ke makam. Buat apa coba?

Teza tahu hati Nata tengah memanas itu tentunya butuh ketentraman. Teza sangat yakin kalau Nata di bawa ketempat banyak gundukan tanah ini pasti perasaannya akan berubah sedingin mungkin.

Nata turun dari atas motor saat kendaraan berroda dua itu berhenti tepat di depan gerbang tinggi bertulisan TPU.

"Mau ngubur gue idup-idup?" Tanya Nata sambil menggelengkan kepalanya, ia tak habis pikir oleh jalan pikiran Teza membawa ke kuburan.

Teza tersenyum simpul kemudian melepaskan helm full face nya. Nata seketika termakan pesona ketampanan Teza.

"Emang bener ya kalo cowo buka helm aura ketampanannya makin nambah" ucap Nata spontan.

"Gue tampan tambah tampan kan" balas Teza begitu percaya diri.

Entah terbuat dari apa hati Nata, mendengar Teza berbicara seperti itu saja perasaannya langsung kembali membaik.

"Ngapain si ke TPU?" Tanya Nata lagi.

Teza menunjuk dada Nata "Ademin hati"

Nata tertawa "Lah, buat apa?"

"Orang habis ngobrol ngelantur wajib ngademin hatinya di sini" ucap Teza.

"Teori lo emang aneh"

Nata tersenyum, benaknya terpikir sang papa. Kesini tiba-tiba sekalian menjenguk sang papa kan tentunya.

Dengan semangat Nata berjalan masuk ke dalam kawasan TPU, meninggalkan Teza yang tengah memarkirkan motor.

"Tunggu" teriak Teza, lumayan berjarak di depan sana Nata terus berjalan di sela-sela apitan makam tanpa memperdulikannya.

Makam papa Nata berada di ujung sana. Nata benar-benar tidak persiapan dulu, yang biasanya membawa bunga, air ini tidak.

"Nat" panggil Teza, Nata berhenti melangkah kemudian menoleh.

Yang pertama kali di lihat Nata adalah Teza yang berjalan tertatih-tatih. Cepat Nata balik arah menyusul Teza yang tertinggal.

"Ronald maaf gue lupa kalo kaki lo luka"

"Gak papa. Terusin aja jalan, gue nyusul"

"Gak, kita bareng. Gue bantu ya"

Dan Nata pun memapah Teza berjalan. Sesampainya Nata berjongkok tepat di gundukan tanah nisan bertulisan Sendinar Satya, terlihat dari waktu wafatnya sekitar beberapa tahun lalu. Nata ternyum getir seraya meraba nisan tersebut.

"Papa"

Berbeda dengan Teza. Cowok itu mengernyit membaca nama nisan tersebut "Sendinar Satya"

"Ini papa gue" ucap Nata seraya mendongak pada Teza yang nampak sedang memikirkan sesuatu.

Dia... nggak, bukan, namanya aja beda. Batin Teza

"Maaf pa, Nata baru kesini sekarang" Nata perlahan menutup permukaan wajah oleh kedua telapak tangannya.

Teza ikut berjongkok kemudian memperhatikan Nata dari samping, mendengarkan gadis itu menangis dalam diam.

Ternyata Teza benar. Membawa Nata ketempat ini membawa kesedihan dan ketentraman untuknya, Nata yang tadinya memanas karena keluarganya sekarang menangis di hadapan makam papa.

NATARO HITAM PUTIH [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang