26•Curhat Berujung Adu Nasib

26 2 0
                                    


Pagi hari ini Nata pergi berolahraga, berkeliling menggunakan sepeda mencari udara segar.

Baju, sepatu serta helm yang dikenakannya begitu serasi dengan warna sepeda, begitupun juga badan Nata dari belakang sangat terlihat begitu atletis. Jangan lupakan beberapa tahun kebelakang Nata adalah seorang pelari, sebabnya ia memiliki fostur badan bagus.

Nata mengedarkan pandangan ke kiri, menyaksikan matahari mulai muncul di sana. Beriringan dengan kakinya mengoes ia membuka kacamata merasakan angin terasa sejuk di matanya.

Tepat di sebuah taman ia berhenti sejenak guna melihat-lihat. Masih setia duduk di atas sepeda dengan satu kaki di kebawahkan Nata merentangkan kedua tangannya.

Melihat seorang gadis dan pria di depan sana tengah berjalan beriringan membuat Nata mengukir senyum. Senyumnya pudar kala teringat sesuatu yang sempat menjadi trauma untuknya.

"Masa kecil yang suram" gumam Nata bicara untuk dirinya sendiri.

"Cewek semalem ada respons enggak? Kalo enggak bales chat giliran gue yang maju" ucap Ringgo pada Evano sambil berlari. Nata pun lantas menoleh ke belakang, di belakang sana dua cowok itu berbincang.

Evano. Cowok memakai masker putih kian berdecak. "Kalo dua kali dua puluh empat jam enggak bales nanti dikasih kontaknya ke-"

"Gue!" sela Ringgo.

"Kresna. Terkadang si es batu harus kita kasih gadis ye kan"

"Lah kenapa dikasih ke dia, buat gue aja lah No"

"Apasi lu" tepis Evano kala Ringgo menggoyangkan lengannya layaknya anak kecil merajuk.

"Setelah nganterin cewek semalem lanjut kemana? Urusan nyokap? Bullshit!"

Evano mengedikan bahu. "Balik lagi ke Dirga."

"Membutuhkan tiga jam nganterin tuh cewek?" Ringgo menatap Evano intens "does not make sense"

Evano menggembuskan napas kesal lalu mengulurkan tangan. Kemudian mereka beralih saling berjabatan.

"Sepakat, nanti nomornya dikirim" kata Evano. Walupun banyak pertanyaan di otaknya tapi Ringgo tahu batasan. Merekapun lanjut joging.

Ringgo menarik sedikit lengan Evano supaya deket, "Lanjut baperin Iren boleh enggak mas?"

"Maksudnya kemarin-kemarin bukan ngebaparein?" Evano balik tanya. Ia tahu kalau muka-muka Ringgo ini adalah muka ngebaperin anak orang terus kalau mangsanya udah luluh ya bakalan pergi gitu aja. Cewek-cewek korban Ringgo menyebutnya King ghosting.

"Stop bothering girls" tekan Evano malah membuat Ringgo memanyunkan bibir kesal.

"Jenuh dong hidup" keluhnya enteng.

Lantas Evano menggeplak bahu Ringgo. "Sok cakep. Terutama si Clana, baik-baik lo ke dia."

"Ngomong-ngomong Clana juga tipe gue deh." Ringgo melambaikan tangan pada Nata "Lagi nunggu siapa kok berhenti."

Evano mengikuti Ringgo mendekati Nata sambil geleng-geleng kepala karena tak habis pikir oleh otak fuckboy temannya itu. Padahal kalau dipikir-pikir juga enggak beda jauh dengan dirinya.

"Boncengan bertiga seru kali ya" tutur Evano tanpa beban.

"Enggak usah ngarep" balas Nata langsung.

"Yaalloh Nat barengan aja lah cape nih, mana bentar lagi jam enam nanti telat sekolah" ucap Evano lagi.

"Terus kalian kenapa enggak pulang jam empat?"

NATARO HITAM PUTIH [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang