"Suatu hari nanti, akan ada saatnya dimana kau mengenal apa itu perasaan."
Surai silver panjang itu melambai mengikuti irama jalan sang empu. Kakinya seolah tidak sabar menemui ujung dari dunia yang diselimuti kabut putih tanpa kejelasan yang tengah Ia tempati saat ini.
Youkai itu sendiri tidak tahu tempat apa dan dimana dunia tak berujung ini. Walaupun dia tidak yakin akan menemui akhir, Sesshomaru tetap berjalan.
Namun, langkahnya terhenti kala sosok yang lebih tinggi dari Inuyoukai tersebut menembus kabut yang ada di depan. Surainya panjang, dan putih, seperti milik dirinya. Apakah itu ayah sang pewaris takhta? Ah, tidak mungkin. Ayahnya itu sudah mati karena seorang manusia.
Dua buah bola berlukiskan lensa emas membulat. Akan tetapi, hal tersebut langsung berubah menjadi pandangan tajam ketika melihat wajah berbingkai rambut silver lurus yang mirip seperti dirinya. Tidak, bukan mirip .... Tapi sama persis..
"Siapa kau?" tanya Sesshomaru dengan nada mengintimidasi. Meskipun nada tersebut tidak mengubah wajah datar Inuyoukai yang sama persis dengan dirinya itu.
Youkai dengan dua makhluk dalam gendongannya itu mendengus, "Lucu sekali jika kau bertanya kepada dirimu sendiri."
Kening Sesshomaru semakin mengerut mendengar jawaban menyebalkan tersebut. Apa siluman yang ada di hadapannya ini ... adalah dirinya di masa depan? Tapi apa apaan dua makhluk yang tengah digendongnya itu? Mereka lebih mirip seperti manusia daripada siluman.
Menyadari tatapan yang ditujukan kepada kedua putrinya, Inuyoukai yang telah merelakan gelarnya membuka mulutnya lagi, "Mereka hanyou."
Pandangan Sesshomaru muda semakin menajam ketika telinganya menangkap kata yang tabu dalam kamus hidupnya, "Mereka anak anakmu?"
"Anak-anakmu juga."
Sang pewaris memalingkan wajahnya, merasa ingin tertawa. Tidak mungkin dia jatuh cinta kepada manusia, makhluk lemah yang selalu mengandalkan perasaan.
"Suatu saat nanti, kau akan tahu apa itu 'perasaan'." Sesshomaru yang lebih dewasa kembali membuka pembicaraan. Hening menyambut, memberikan sang Daiyoukai kesempatan untuk kembali berbicara.
"Mungkin sekarang, kau akan menganggap manusia sebagai makhluk rendahan. Kuanggap itu benar sampai sekarang." Inuyoukai penunggu pohon waktu menatap kedua putri kembarnya, "Namun, ada salah satu sosok manusia yang berbeda. Sosok yang berisik, namun terlalu bersih untuk ukuran manusia. Karena dialah, aku mengenal apa itu kata 'berharga'. Dan kau akan memiliki perasaan terhadapnya."
Lagi, Sesshomaru yang lebih muda berusaha menahan senyum gelinya. Sangat tidak mungkin menurutnya jika Ia dapat jatuh cinta pada manusia yang telah merenggut nyawa sang ayah. Tidak mungkin dia memiliki anak hanyou yang bahkan sangat Ia benci. Bahkan, kamus cinta pun tidak pernah terpikirkan dalam benaknya.
"Suatu saat nanti .... tunggu saja."
*
Kelopak mata berisi bola emas itu terbuka, disambut oleh kicauan burung dan matahari yang menyusup lewat pepohonan di siang hari. Tangan Sesshomaru terangkat, mengusap kepalanya guna menghilangkan ingatan mimpi aneh yang ada dalam pikirannya.
Tidak mungkin...
Jatuh cinta baginya itu ... sangat tidak mungkin.
End
Pa kabar, ges-?
Maaf karena jarang up dan sekalinya up, ceritanya malah gaje gini:'D. Maklum, kehabisan ide ಥ⌣ಥ.Anw, ini aku sempet bingung gimana cara bikin dialog, soalnya Sessho-nya ada dua, sksk.
Sebenernya pengen bikin SessRin AU gituu... cuman Sessho bakal ternista, atau kalau gak ya ... bakal angst:D /slaph/
[Padahal cerita di book ini emang rata-rata angst(?) :)]
KAMU SEDANG MEMBACA
Staring Into Closed Eyes [Sesshomaru dan Rin One-Shoots Collection]
FanficKumpulan One-Shoot Sesshomaru dan Rin karya @Aika_2508. Dia dingin, kejam, dan tidak berperasaan. Namun, seseorang datang bagaikan mentari yang menggantikan malam yang dingin dengan kehangatannya. Cerita original tetap milik Rumiko Takakashi. Saya...