[50] - Peduli

1.1K 177 75
                                    

Andai engkau bisa mengerti
Betapa beratnya aku
Harus aku tetap tersenyum
Padahal hatiku terluka

Adakah arti cinta ini
Bila ku tak jadi denganmu?
Jika memang ku harus pergi
Yakinlah, hatiku kamu

Sakura pagi-pagi sudah dibuat tidak mood oleh Sasori yang tiba-tiba memutar lagu galau. Mood-nya bertambah parah ketika mendengar lagu itu menggema diruang tengah yang mana menurut Sakura liriknya ngena dan relate sekali dengan apa yang ia rasakan sekarang, membuatnya seketika diserang virus nyesek dadakan.

"Bang, matiin coba? Apa banget nyetel lagu galau pagi-pagi, lagi galau emangnya?" Sakura turun dari lantai atas dengan raut wajah kusut, menatap kesal kearah Sasori yang terduduk santai disofa ruang tengah seraya mendengarkan lagu galau yang sedang ia putar.

"Dih pagi-pagi dah sewot aja, kenapa emangnya?" Sasori balik bertanya. "Abang lagi pengen nyetel lagu galau aja lagian lagunya enak tuh. Abang juga udah lama gak dengerin lagu-lagu galau, mau ngerasain jadi sadboy gimana?"

Sakura tak mengindahkan, memilih berlalu dari sana dan menuju ruang makan. Yang ada kalau lama-lama dia disana mengobrol bersama Sasori dirinya makin merasa nyesek. Lagu itu terus berputar dan terngiang-ngiang dikepalanya.

"Pagi, Bun. Pagi, Bi." sapa lemah Sakura pada Mebuki dan Bibi yang sedang sibuk membuat sarapan.

"Pagi, udah turun aja kamu?"

"Pagi, Non."

Sakura menarik kursi meja makan dan mendudukkan dirinya. Mebuki yang berbalik hendak mengambil sesuatu dikulkas seketika terkejut saat melihat raut wajah sang putri yang tak seperti biasa.

"Kusut banget muka kamu kaya baju belum disetrika?"

"Sakura lagi gak mood Bun buat diajak bercanda."

"Siapa yang ngajak bercanda, fakta kok itu. Kamu kenapa?" Mebuki menyerahkan sesuatu yang berhasil ia ambil didalam kulkas pada Bibi. "Tolong tambahin ya?" Bibi mengangguk dan segera menurutinya.

"Abang pagi-pagi udah bikin Sakura kesel! Bunda liat aja tuh anak paling gantengnya Bunda pagi-pagi udah nyetel lagu galau, kurang kerjaan banget! Seharusnya kalau pagi-pagi itu nyetelnya lagu yang bikin semangat, lah ini malah lagu galau? aneh-aneh aja!"

Mebuki mengernyitkan keningnya, sesaat melirik kearah ruang tengah yang dimana alunan lagu galau memang terdengar menggema disana. "Mungkin Abang kamu lagi galau kali, lagi berantem dia sama Hana."

Sakura menggedikkan bahunya.

"Lagian kenapa sih kamu kaya sensitif banget, lagi galau kamu?" Sakura tersentak mendengar ucapan Mebuki. "Dah, Bunda mau ke atas dulu panggilin Ayah. Bi, tolong tatain semuanya ke atas meja makan ya? saya tinggal sebentar."

"Baik, Nyonya."

"Kamu panggil Abang kamu gih, kita mau sarapan." perintah Mebuki pada Sakura.

"Tapi 'kan Bunda ngelewatin Abang juga?"

"Biar kamu ada kerjaan gak duduk nunggu aja, udah jangan males!" Sakura memanyunkan bibirnya, baru juga dia duduk. "Gak usah manyun-manyun gak bakal kasian juga Bunda."

Tolong sabarkan Sakura dalam menghadapi orang didepannya yang merangkap sebagai bundanya ini. "Iya, Bundaaa..."

Kedua ibu dan anak itu lalu berjalan beriringan keluar dari ruang makan.

Lebih baik kita usai disini
Sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya aku mudah menyerah tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku 'kan menunggu tapi tak selamanya

SasuSaku On Instagram✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang