[68] - Jangan pergi

1.1K 178 32
                                    

Waktu berlalu, tak terasa terhitung seminggu sudah sang bungsu Uchiha itu masih tak sadarkan diri. Dirinya masih koma meski berhasil melewati masa kritisnya dan kini sudah dipindahkan dari ruang ICU ke ruang inapnya. Mata itu masih betah terpejam tanpa ada tanda-tanda ingin membukanya.

"Sudah seminggu, ya? Tidak terasa.." surai hitam itu diusap lembut penuh kasih sayang, menyunggingkan senyuman tipis. "Cepat bangun sayang, Mama sakit lihat kamu kaya gini. Ayo bangun, kita balik ya ke rumah? Jangan siksa Mama kaya gini.."

Mikoto mengusap serta punggung tangan Sasuke yang tertancap jarum infus. Matanya selalu berkaca-kaca melihat keadaan sang putra meski tak separah pertama kali. Keadaan Sasuke mulai membaik tapi dirinya masih koma. Itu membuat dada Mikoto sesak, hatinya berdenyut sakit. Bagaimanapun sebagai seorang Ibu ia tak tega, putranya tak pernah mengalami hal seperti sekarang. Jika terlambat kemarin mungkin ia sudah kehilangan putranya untuk selama-selamanya dan meratapi nasibnya tanpa Sasuke saat ini. Mikoto tidak bisa, ia lebih mampu jika ia yang duluan pergi jangan putra-putranya.

"Mama rindu kamu yang selalu apa-apa carinya Mama, selalu butuh Mama. Sasukenya Mama kuat kan? Ayo cepat bangun, gak rindu sama Mama? Sama Papa, Abang, Kakak dan yang lain?"

Saat ini Nyonya Uchiha itu hanya sendiri yang menjaga, bukan tanpa alasan tentunya karena dirinya lah yang hanya mempunyai waktu. Suaminya-sang Tuan Uchiha harus mengurus perusahaannya. Itachi dan Izumi juga memiliki kesibukannya masing-masing.

"Papa udah Mama marahin. Papa kamu tuh kadang gak sadar kalau kamu itu padahal copyan dia. Seharusnya Mama juga ada dirumah waktu itu biar bisa tenangin Papa. Dia harusnya bisa ngerti gimana kamu saat itu. Maafin Papa, ya? meski begitu Papa lakuin itu demi kebaikan kamu juga. Gak ada orang tua yang mau gak baik buat anaknya." Mikoto mengusap kembali surai hitam pekat Sasuke.

"Cepat sadar, sayang. Banyak yang nunggu kamu, banyak yang peduli dan khawatir gak terkecuali...Sakura." kilasan kejadian tempo lalu terputar dikepala Mikoto, ia tersenyum menatap wajah damai putranya. "Rasa peduli dan khawatirnya masih begitu besar."

...

"Kib, temenin gue...." perintah merujuk rengekan itu didapati pemuda Inuzuka dihadapannya. Tampak Kiba menghela nafasnya pelan setelah mendengar ucapan itu beberapa kali.

"Semestinya lo emang sendiri yang masuk, Ra. Itu niat awal lo juga kan? Disini gue cuma temenin lo untuk nganter lo doang--ah gak, gue bakalan jenguk juga dan masuk ke dalam tapi setelah lo selesai."

Berawal karena mampir ke mansion megah Haruno, Kiba mendapat tugas dari Kizashi untuk menemani Sakura pergi ke rumah sakit hari ini. Bungsu Haruno itu sedang terlepas dari koasnya dan berniat menjenguk Sasuke sendiri awalnya, hanya akan meminta supir mengantar jika saja Kiba tak datang dan berakhir pergi bersama. Kebetulan itu juga kesempatan untuk Kiba menjenguk sahabatnya setelah beberapa hari ini ada kesibukan. Dan terpenting Kiba sangat tahu dan paham jika Sakura ingin meminta ruang bertemu Sasuke berdua.

"Tapi gue tiba-tiba canggung Kib kalau sendiri di dalam." gumaman kecil itu dapat Kiba dengar dengan jelas karena jarak keduanya yang dekat.

"Tapi sekarang kesempatan yang bagus kan? Sasuke lagi sendiri gak ada yang jaga. Tante Mikoto pasti lagi pulang ke mansion, kalaupun datang ntar gue minta izin buat kasih lo ruang berdua. Tante Mikoto pasti ngerti, Ra."

"Gak enak tapinyaaa..." mata bulat itu menatap tepat ke dalam mata Kiba.

"Tadi mau sendiri sekarang jadi ragu?" kepala Sakura mengangguk pelan membuat helaan nafas Kiba kembali keluarkan.

"Gak usah ragu, ini niat awal lo. Masa gak jadi gitu aja? ntar jadi kepikiran sedangkan sekarang waktunya udah tepat. Percaya, semuanya bakal baik-baik aja. Gih, masuk. Gue tunggu disini ntar gue juga masuk kok."

SasuSaku On Instagram✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang