10. Puisi Untuk Ayah (3)

20 10 10
                                    

"Yayyayayaya....." ucap MC dengan sangat semangat dan tidak terkontrol itu, "Maaf, sepertinya saya terlalu bersemangat siang ini. " sambungnya sambil menggaruk kepalanya yang tentu saja tidak berkutu itu.

"Keknya kak Gibran salah makan obat deh, Ra." bisik Keyla kepada Zahra.

Sepertinya dua tuyul ini sangat suka membicarakan orang secara diam-diam. Buktinya sekarang Gibran sedang tersedak seperti terkena santet.

"Uhuk..... Uhukkk.... Uhuuukkkkhkhjhhhkhhkj.... " Gibran berusaha mengambil air mineral dan meneguknya. "Siapa sih yang ngomongin gue? "
Batin pria itu.

"Iya, tapi lucu tau pas tadi dia bilang 'Yayayayyaya' gitu kek orang jualan cilok. " ucap Zahra sambil menahan tawanya.

"Sejak kapan mas cilok kayak gitu, lo beli cilok dimana sih, Ra? " Keyla berusaha mengingat semua penjual cilok yang pernah ditemuinya.

"Gue beli cilok di mas dengan inisial X. " balas gadis berhijab itu ngawur.

Sedangkan Keyla, gadis tomboy itu sedang berusaha mengingat semua nama mas cilok, "X? Siapa sih? Nih tuyul kebiasaan banget nambah beban pikiran gue. Tau ah, males gue mikirnya. " batin gadis itu namun masih tetap dipikirkan juga.

Sekarang seorang pria yang divonis sebagai peserta terakhir berdiri dengan sagat tampan di depan sana. Dia memancarkan senyumannya yang begitu hangat dan mendebarkan. Sedangkan Zahra, dia tiba-tiba merasa mual ketika melihat senyuman dari Naufal.

"Wowowowo, lo kenapa? " tanya Keyla panik.

"Jijik tau nggak liat senyuman tuh cowok, nggak tau kenapa alasannya tapi gue kek jijik aja gitu. Padahal gue nggak nyimpan dendam sama tuh bocah. " ucap Zahra bingung.

"Aneh, kalian berdua tuh aneh tau nggak. Sama-sama ada rasa, yang satunya berjuang secara diam-diam yang satunya lagi berusaha mengubur secara paksa. " ucap Keyla yang tidak jelas arah tujuannya.

"Lo ngomong apasih, Key? "

"Ayolah, apa salahnya kek lo berjuang juga kayak Naufal berjuang. "

"Dih lo nggak demam kan? " Zahra meraba kening gadis itu.

"Kalau besok lo beneran nikah sama Naufal. Gue orang yang paling keras tawanya, hahahahah. " ucap Keyla.

"Ya Rabb, siapa yang merasuki teman hamba ya Allah, apakah jin botak? Apakah mbak kunti? Atau gunderwo? "

"Kalian tuh hobi banget berisik yah? " tanya Sinta yang membuat Zahra dan Keyla menatap dirinya. "Lama-lama beneran gue santet nih! "

"Galak amat, neng!" Zahra membalas wajah datar Sinta dengan sebuah senyuman.

Sekarang mereka berdua saling diam-diaman tanpa mengeluarkan satu katapun. Karena sebentar lagi Naufal sang penakluk hati kaum hawa akan membacakan sebuah puisi.

"Teruntuk abah, semoga engkau tenang di alam sana. Semoga engkau bahagia dan berkumpul bersama-sama dengan orang yang dicintai oleh Allah. Aku  sebagai anakmu akan selalu mendoakanmu sehabis sholat. Dan semoga suatu saat kita dipertemukan di surgamu kelak. "

"Baik, puisi yang akan saya bacakan hari berjudul :

Terimakasih
_________
Karya Muhammad Naufal

Untukmu
Seorang pria pengganti ayahku
Terimakasih
Karena telah menjadi pria yang mencintai ibuku
Terimakasih
Telah membuat perempuan yang aku cintai tersenyum lagi
Terimakasih
Karena telah merawatku dengan cinta

Ruang Kosong (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang