11. Tragedi

39 22 64
                                    

"Kak, Zah- " ucapan gadis itu terpotong oleh Agra.

"Maaf, mungkin gue emang salah selama ini. Ra, dari lo gue faham bahwa wanita memang bukanlah sebuah permainan. Dan dari lo... " Agra menatap wajah Naufal.

"Gue belajar menghargai perempuan. Selama ini gue lupa siapa gue, gue cuma mikirin nafsu sekejap saja. Gue nggak pernah tau bagaimana perasaan perempuan saat gue ngelakuin itu, mungkin beberapa dari mereka ada yang dengan suka rela ngelakuin itu, namun ada dengan terpaksa. " entah apa yang merasuki pria ini, wajahnya benar-benar terlihat begitu bersalah.

"Lo beruntung, Ra. Dicintai oleh seorang pria yang amat menjaga harga diri lo. Karena jujur, pria seperti bocah ini sangat sulit ditemukan di zaman sekarang. Dia adalah satu diantara ribuan pria baik di bumi ini. " Agra menatap Zahra.

Jantung gadis itu tiba-tiba berdetak hebat, "Jantung gue kenapa? Kenapa ketika dia bilang seperti itu jantung gue ketar-ketir sih? " batinnya sambil melirik ke arah pria yang tak jauh berdiri darinya, yap pria itu adalah Naufal.

"Kalau nggak ada dia, mungkin lo udah jadi..." jeda Agra sambil sedikit tertawa kecil, "Sudahlah, sepertinya lo udah berhutang sama Naufal deh! "

"Gue minta maaf, baru kali ini ada orang yang benar-benar membuat gue sadar. Gue minta maaf atas luka itu! " ucapnya sambil menatap Naufal, "Dan luka itu!" sambil menunjuk dada Zahra, menunjuk luka yang berada di dalam hati gadis itu. "Maaf buat lo takut! "

"Gue nggak nyangka, pria kayak lo bisa sadar. " ucap Naufal dengan tawanya yang miris

"Percaya atau nggak, tapi makasih karena kejadian ini senggaknya gue inget banyak hal. Tiba tiba gue sadar ada banyak hal yang gue lupain dan ucapan lo tadi udah buat gue ingat, tentang.... " lagi-lagi pria itu menggantungkan kalimatnya, "Sudahlah, bukan masalah penting juga! Btw, maaf buat lukanya, bro! "

"It'a okay, karena kita udah setimpal, lo terluka gue juga terluka. Jadi gue maafin. "

"Hahahah, ya udah. Gue pamit dulu, luka lo itu bisa minta tolong sama dia, kan? " ucap Agra sambil melirik ke arah Zahra.

•••

"Maaf, karena gue lo jadi terluka, Pal. " ucap Zahra sambil mengobati luka di tangan Naufal.

Bukannya menjawab, pria itu hanya diam menatap gadis berhijab di depannya ini. Setiap inci wajah gadis ini sangatlah meneduhkan hatinya.

"Astaghfirullah! " alih-alih pria itu mengalihkan pandangannya dari Zahra.

"Sadar Naufal, jaga pandangan lo! Aish setan nih suka bikin gue khilaf! " batin pria itu sambil memejamkan matanya.

"Kenapa, sakit yah? Atau gue terlalu keras yah? " tanya Zahra khawatir.

"Ciee, khawatir nih yah, hm? " ucapnya menggoda Zahra.

Bukannya tergoda gadis itu malah menekan luka Naufal dengan kapas membuat pria itu meringis kesakitan.

"Sakit tau." ucap Naufal memberitahu Zahra.

"Lo nyebelin sih! "

Naufal hanya tertawa melihat gadis itu, kemudian dia membuang wajahnya lagi. Berharap tidak menatap Zahra terlalu lama, jika tidak setan akan menggodanya lagi

"Jika gue nggak nolong lo, mungkin gue udah gagal jadi laki-laki. Gue gagal jadi sahabat lo, gue gagal sebagai seorang adik dari mbak Shiren. Dan.... " Naufal menatap sudut ruangan UKS sekolah ini. "Seandainya gue nggak datang, mungkin mbak Shiren nggak akan maafin gue, mungkin bang Abun juga nggak akan pernah maafin gue. " ucap pria yang sama.

Ruang Kosong (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang