8. Puisi untuk Ayah

55 29 110
                                    

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupan
-Qs Al-Baqarah:26

•••

Suasana sekolah tampak begitu ramai dihiasi dengan perbincangan hangat antara anak dan ayah mereka. Beberapa mereka ada yang duduk bercerita di taman, beberapa lagi ada yang sedang menikmati sarapan di kantin. Ada yang hanya sekedar duduk tanpa berbicara.

Bagi mereka yang tidak seberuntung yang lainnya hanya duduk sendirian sambil menikmati pemandangan yang berhasil membuat hati iri.

Sedangkan Zahra, Keyla, Naufal, Habib dan Abidzar mereka hanya berjalan-jalan tanpa tujuan. Sesekali mereka menatap sebuah keluarga yang amat hangat dan bahagia. Sebab mereka adalah salah satu diantara anak yang kurang beruntung.

"Berhenti dulu cuyy, gue capek! " titah Naufal sambil duduk di sebuah kursi.

"Hooh! " ucap Abidzar yang ikut duduk di samping Naufal yang diikuti dengan Habib.

"Lah, ngapain duduk sih? Gitu aja capek." ucap Zahra.

"Lo nggak capek apa? Udah dua jam kita keliling nggak jelas kek gini. Lagian dua puluh menit lagi acaranya bakal mulai, mending kita ke sana soalnya ada AC . " pinta Naufal yang diangguki oleh dua pria dengan wajah yang terlihat seperti mayat hidup.

"Ya udah kalian aja, kita pergi cari makan dulu! " ucap Zahra kemudian berlalu meninggalkan mereka diikuti dengan Keyla.

"Bye! " Keyla melambaikan tangannya kepada tiga manusia itu.

Setelah beberapa menit berlalu, acara hari ini akan dimulai. Beberapa siswa kelas XI dan orang tuanya sudah berkumpul di ruangan ini. Mata Zahra berkeliaran mencari seseorang yang begitu penting, hingga sebuah bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman ketika melihat pria berwajah datar lengkap dengan kemeja hitam.

"Hahah, ternyata datang juga. " ucapnya dalam hati.

Beberapa kata sambutan telah disampaikan oleh Bapak Sirka selaku Kepala Sekolah yang terkece di Sma NUGRAHA ini. Beliau tampil dengan kemeja batik berwarna maroon dilengkapi dengan peci yang telah berhasil menutup kepalanya yang licin dan bersinar.

Beberapa jam terbuang dengan pembukaan yang amat menarik tapi masih membosankan bagi Zahra dan The Cekcok. Namun, dengan sekuat tenaga yang tersisa mereka mengusir rasa bosan itu.

"Baiklah, demi menyelesaikan sepatah kata saya yang teramat panjang ini dan saya sendiri belum memukan jalan keluarnya maka saya berniat untuk mengakhirinya dengan tidak jelas, ahh apasih? " sepertinya pak Sirka sudah kehelingan kendali, "Sudahlah, kita mulai acara inti kita pada pagi menjelang siang. " sambungnya mencoba mengontrol wibawanya.

"Nggak menghemat waktu banget kan, Ra? " bisik Keyla kepada Zahra.

"Iya, padahal cuma sepatah kata tapi meleset jadi miliaran kata yang bikin nambah beban hidup gue. " balas gadis berhijab itu dengan ikut berbisik.

"Gue setuju sih, kayaknya ini emang udah merupakan salah satu budaya seorang kepala sekolah yang tetap dilestarikan agar tetap terjaga keasliannya. "

"Ngomong apa sih, mbak?"

"Baiklah para hadirin yang terhormat, kita langsung saja melihat bakat dari siswa kelas XI. Untuk yang pertama akan dibuka oleh seorang siswa kelas IPA 5. " ucap seorang perempuan yang diduga sebagai MC dengan semangat, "Dia adalah Fatimah Azzahra, kepada Zahra kami persilahkan! "

"Lah kok gue yang pertama sih? Firasat gue pasti pak Sirka nih! " ucap Zahra tidak terima.

"Ya udah sana, jangan banyak bacot lo! " dorong Keyla membuat Zahra beranjak berdiri.

Ruang Kosong (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang